Intisari-Online.com - Sejak awal tahun 2022, minyak goreng di Indonesia menjadi semakin langka dan mahal di pasaran.
Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan pun mengeluarkan aturan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng sawit.
Aturan yang tertera dalam Permendag Nomor 6 Tahun 2022 menetapkan harga minyak goreng curah Rp 11.500 per liter, minyak goreng kemasan Rp 13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium Rp 14.000 per liter.
Namun, meski pemerintah telah mengeluarkan aturan tersebut, masyarakat tetap kesulitan mendapatkan minyak goreng di pasaran.
Kelangkaan minyak goreng ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
Bahkan, kelangkaan minyak goreng yang terjadi di luar Indonesia ini bisa menyebabkan warganya lebih sengsara lagi.
Mahalnya minyak goreng di negara ini adalah sebagai dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.
Apalagi, memasuki hari keempat invasi ini, serangan demi serangan masih terus terdengar di berbagai sudut kota di Ukraina.
Baca Juga: Tips Rahasia Minyak Goreng Tidak Cepat Hitam dan Tetap Jernih Walau Dipakai Berkali-kali, Yuk Coba!
Melansir News18.com, Minggu (27/2/2022), harga minyak goreng akan melambung di India sebagai akibat dari krisis yang sedang berlangsung antara dua produsen dan eksportir utama minyak bunga matahari — Rusia dan Ukraina .
Perang antara kedua negara akan menciptakan krisis pasokan di pasar, yang menyebabkan harga lebih tinggi.
India akan terpukul lebih keras daripada yang lain karena 90 persen dari impor minyak bunga matahari negara itu berasal dari Rusia dan Ukraina.
Sesuai data Kementerian Perdagangan, India mengkonsumsi sekitar 2,5 juta ton (mt) minyak bunga matahari setiap tahun tetapi India hanya menghasilkan 50.000 ton minyak bunga matahari dan sisanya impor.
Minyak bunga matahari menyumbang 14 persen dari semua impor minyak nabati.
Minyak bunga matahari adalah minyak nabati keempat yang paling banyak dikonsumsi, setelah kelapa sawit (8-8,5 mt), kedelai (4,5 mt) dan mustard/rapeseed (3 mt).
Impor minyak bunga matahari India adalah 2,5 juta ton pada 2019-20 (April-Maret) dan 2,2 juta ton pada 2020-21, masing-masing senilai $1,89 miliar dan $1,96 miliar.
Dari Ukraina mengimpor 1,93 mt (senilai $1,47 miliar) pada 2019-20 dan 1,74 mt ($1,6 miliar) pada 2020-21, dengan Rusia mengimpor sekitar 0,38 mt ($287 juta) dan 0,28 mt ($235,89 mt).
Roop Bhootra – CEO, Investment Services, Anand Rathi Shares and Stock Brokers, mengatakan: “Harga minyak yang lebih tinggi selalu menjadi faktor risiko bagi India yang memiliki tagihan impor yang besar. Namun, pergerakan harga minyak saat ini terutama disebabkan oleh krisis Ukraina dan akan mendingin dalam beberapa waktu. Selain itu, pencampuran etanol tambahan yang didorong oleh Pemerintah dengan sangat agresif juga akan membantu meredam beberapa dampak dalam jangka menengah."
Sejak awal pandemi, harga minyak nabati telah naik tanpa henti secara global dan di India.
Kenaikannya begitu curam sehingga pemerintah India harus mengambil beberapa langkah untuk mengendalikan kenaikan harga.
Penyebab Kenaikan
Pada tahun 2021, kondisi cuaca yang tidak menguntungkan di negara-negara pengekspor minyak utama seperti Malaysia, Indonesia, Ukraina, Argentina, dan Rusia, serta kekurangan tenaga kerja akibat pandemi berdampak pada produksi minyak nabati.
Harga minyak kedelai melonjak tahun lalu didukung oleh kondisi cuaca kering di eksportir terbesar Argentina dan permintaan yang tinggi dari India dan China.
Harga minyak bunga matahari naik karena kondisi seperti kekeringan di Rusia dan Ukraina.