Meski tidak dirinci, Shinta menyebut, kegiatan ekspor-impor dan investasi yang melibatkan Rusia-Ukraina dengan Indonesia masih tergolong mini, bahkan tertinggal jauh bila dibandingkan perdagangan Indonesia dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
“Jadi dampak konflik ini secara langsung terhadap relasi perdagangan dan investasi di Indonesia tidak signfikan,” imbuh dia, Kamis (24/2) sebagaimana dilansir Kontan.co.id.
Di sisi perdagangan, Indonesia berpotensi mengalami gangguan suplai terutama untuk minyak dan gas (migas), karena adanya embargo global kepada Rusia yang bisa mempengaruhi stabilitas suplai dan harga minyak global.
Dalam keterangan yang dikutip dari kantor berita AFP, Kemenhan Rusia juga menyebutkan bahwa sistem pertahanan udara Ukraina sudah dilumpuhkan.
Serangan itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina.
Memang, sejauh ini embargo yang berlaku masih terhadap produk-produk perdagangan dari dan menuju Rusia atau belum ada pemblokiran sistem finansial secara keseluruhan, seperti yang terjadi dengan Iran.
Namun, hal ini menjadi potensi embargo yang perlu dipertimbangkan karena bisa terjadi apabila konflik tidak dapat diselesaikan, sementara negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa terus bersikeras melakukan embargo kepada Rusia.
Kondisi ini akan menyulitkan transaksi perdagangan, investasi, dan transaksi finansial lain antara Indonesia-Rusia, sehingga kegiatan ekonomi Indonesia akan stagnan dan menurun sepanjang embargo terhadap Rusia diberlakukan.
(*)