Find Us On Social Media :

Bak Diberi Cermin dari Masa Depan, Erdogan Terpaksa Berani Kecam Aksi Putin di Donbass Jika Tak Ingin Bernasib sama dengan Ukraina, Ucapan Jurnalis Ini Pemicunya

By Khaerunisa, Kamis, 24 Februari 2022 | 13:40 WIB

Recep Tayyip Erdogan dan Vladimir Putin

Pada Oktober 2021 lalu, pemimpin redaksi saluran TV pemerintah Rusia, RT, Margarita Simonyan, mengatakan, Rusia harus mencaplok Gunung Agri (Ararat) dan Provinsi Kars di Turki timur.

Simonyan, yang merupakan keturunan Armenia mengatakan kepada saluran TV Rossiya 1 bahwa Rusia harus mencaplok wilayah tersebut dari Turki.

Komentar kontroversial Simonyan tersebut mengikuti komentar serupa oleh politisi Rusia dan pemimpin Partai Demokrat Liberal Rusia, Vladimir Zhirinovsky.

Dia mengklaim bahwa rezim khusus seperti tsar diperlukan untuk mengamankan Armenia.

“Rezim demokratis apa pun seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, atau Prancis tidak dapat diterima (untuk Rusia). Dan Anda, orang-orang Armenia, akan mendapatkan Kars dan Ardahan jika ada rezim yang ketat seperti seorang tsar.

"Di bawah pemerintahan yang demokratis, bahkan Yerevan akan diambil dari Anda,” kata Zhirinovsky, dilansir Daily Sabah, Jumat (8/10).

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina Sudah Dimulai, Presiden AS Joe Biden Malah Masih Pusingkan Sanksi yang Bisa Digunakan untuk Jegal Rusia Mulai Perang Dunia 3

Baca Juga: Simbol 'Z' pada Tank Rusia yang Meluncur ke Arah Ukraina, para Ahli Ungkap Arti Simbol yang Menakutkan Berkaitan dengan Invasi Rusia

Kini ikut mengecam Rusia, Turki sendiri telah menikmati hubungan perdagangan dan pertahanan yang berkembang dengan Moskwa.

Tetapi, Turki yang anggota NATO sejak 1952, juga telah memicu kemarahan Rusia karena menjual drone ke Ukraina dalam konfliknya dengan separatis pro-Moswa.

Erdogan pun sebelumnya secara vokal menentang pencaplokan Crimea oleh Rusia pada 2014 karena kehadiran historis Tatar yang beretnis-Turki di semenanjung itu.

Jika Turki termasuk negara yang mengecam tindakan Rusia, ada beberapa negara yang bergabung mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, di antaranya: Kuba, Venesuela, Nakaragua, dan Suriah.

Baca Juga: Serangan Umum 1 Maret 1949 Merupakan Serangan yang Bertujuan untuk Buktikan Hal Ini

Baca Juga: BREAKING NEWS: Presiden Rusia Vladimir Putin Resmi Umumkan Operasi Militer di Ukraina, Ledakan Terdengar Beruntun