Penulis
Intisari-Online.com - Tindakan Rusia mengakui kemerdekaan dua wilayah Ukraina timur, yakni Donetsk dan Luhansk (Donbass), telah mendapatkan kecaman dari sejumlah negara.
Bahkan, beberapa negara siap memberikan sanksi terhadap Rusia atas hal tersebut, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, Jerman, hingga Jepang.
Rupanya, baru-baru ini Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga ikut memberikan kecaman, seperti yang diberitakan Kantor Berita Anadolu.
"Kami menganggap keputusan itu tidak dapat diterima," kata Erdogan.
Ia pun mengajak pihak-pihak terkait untuk mematuhi hukum internasional.
"Kami mangajak pihak-pihak terkait untuk bertindak dengan akal sehat dan mematuhi hukum internasional," ungkap Erdogan, dikutip dari AFP, Selasa.
Sebelumnya, Erdogan yang memiliki hubungan persahabatan dengan Rusia maupun Ukraina, telah berusaha menjadi tuan rumah bagi para pemimpin kedua negara untuk pertemuan puncak tiga arah di Turki untuk meredakan ketegangan.
Dia mengunjungi Kiev pada awal bulan ini untuk pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Selain itu, dia mengharapkan tanggapan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, "Dan jika Tuan Putin juga melihat ini secara positif, kita bisa, insya Allah, berkumpul di Istanbul atau Ankara," katanya pekan lalu.
Berani kecam aksi Putin di Donbass dan mendesaknya mematuhi hukum internasional, Turki sendiri bisa saja menjadi sasaran pencaplokan wilayah oleh Rusia.
Pada Oktober 2021 lalu, pemimpin redaksi saluran TV pemerintah Rusia, RT, Margarita Simonyan, mengatakan, Rusia harus mencaplok Gunung Agri (Ararat) dan Provinsi Kars di Turki timur.
Simonyan, yang merupakan keturunan Armenia mengatakan kepada saluran TV Rossiya 1 bahwa Rusia harus mencaplok wilayah tersebut dari Turki.
Komentar kontroversial Simonyan tersebut mengikuti komentar serupa oleh politisi Rusia dan pemimpin Partai Demokrat Liberal Rusia, Vladimir Zhirinovsky.
Dia mengklaim bahwa rezim khusus seperti tsar diperlukan untuk mengamankan Armenia.
“Rezim demokratis apa pun seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, atau Prancis tidak dapat diterima (untuk Rusia). Dan Anda, orang-orang Armenia, akan mendapatkan Kars dan Ardahan jika ada rezim yang ketat seperti seorang tsar.
"Di bawah pemerintahan yang demokratis, bahkan Yerevan akan diambil dari Anda,” kata Zhirinovsky, dilansir Daily Sabah, Jumat (8/10).
Kini ikut mengecam Rusia, Turki sendiri telah menikmati hubungan perdagangan dan pertahanan yang berkembang dengan Moskwa.
Tetapi, Turki yang anggota NATO sejak 1952, juga telah memicu kemarahan Rusia karena menjual drone ke Ukraina dalam konfliknya dengan separatis pro-Moswa.
Erdogan pun sebelumnya secara vokal menentang pencaplokan Crimea oleh Rusia pada 2014 karena kehadiran historis Tatar yang beretnis-Turki di semenanjung itu.
Jika Turki termasuk negara yang mengecam tindakan Rusia, ada beberapa negara yang bergabung mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, di antaranya: Kuba, Venesuela, Nakaragua, dan Suriah.
Baca Juga: Serangan Umum 1 Maret 1949 Merupakan Serangan yang Bertujuan untuk Buktikan Hal Ini