Penulis
Intisari - Online.com -Negosiasi di Wina atas kesepakatan nuklir Iran, dikenal dengan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sudah hampir mendekati kesepakatan final.
Tanda paling jelas adalah masa depan minyak mentah menurun secara tajam secara berjangka di perdagangan Asia pertengahan pagi pada hari Kamis, meskipun ada perkembangan menjanjikan karena ketegangan di perbatasan Ukraina-Rusia.
Bahkan kesepakatan interim pun mampu secara potensial meningkatkan ekspor minyak sebanyak 700.000 barel sehari, menurut S&P Global Platts Analytics, memudahkan ketegangan yang terus ada di pasar minyak.
Negosiator ulung Iran Ali Bagheri Kani mengatakan di Twitter pada hari Rabu lalu jika AS dan Iran mendekati kesepakatan tersebut.
"Setelah berbulan-bulan negosiasi tegang, kami telah sampai pada sebuah kesepakatan jauh lebih dekat dari sebelumnya, tapi tidak ada yang telah disetujui sampai semua sudah disetujui," cuit Kani, mengutip Asia Times.
Sebelumnya, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pihaknya sudah ada di "tahap-tahap paling akhir" dari negosiasi.
Agensi Berita Republik Islam (IRNA) melaporkan: "ronde kedelapan pembicaraan mengangkat sanksi di Wina mulai pada 26 Januari dan kini mencapai sebuah poin di mana keberhasilan atau kegagalan pembicaraan bergantung pada keputusan-keputusan politik dari Barat.
"Jika pihak Barat membuat keputusan penting, isu-isu yang masih ada dapat diselesaikan dan sebuah kesepakatan final dicapai dalam beberapa hari.
"Berdasarkan prinsip-prinsip dan instruksi-instruksi, delegasi Iran telah menaruh proposal yang jelas dan permintaan mereka dalam isu-isu yang ada dalam pembicaraan, dan kini adalah barat harus membuat keputusannya sendiri."
Sebuah paradoks, mengingat AS dan sekutu Eropanya kini akan memfasilitasi integrasi Iran ke dalam ekonomi Barat yang akan membuatnya menjadi tahap terakhir pemulihan dunia pasca-pandemi.
Padahal Iran tidak begitu lama lalu kesulitan mengakses obat-obatan selama wabah Covid-19 karena diblokir oleh Washington.
Sebuah negara kaya
Iran adalah sebuah negara kaya dengan sumber daya alam semua jenis.
Gas alam Iran yang sudah ada melebihi 1.200 triliun kaki kubik, kedua di bawah Rusia, dan produsen gas alam terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Rusia.
Hal itu juga termasuk hampir dari 10% sumber daya minyak di dunia.
Untuk menyederhanakannya, negara pemilik energi akan muncul di pasar energi dunia beberapa minggu mendatang.
Tidak hanya itu, Iran juga kaya dalam keanekaragaman sumber daya.
Menurut Survei Geologi AS, sumber daya seng, tembaga, dan bijih besi Iran adalah sumber daya terbesar di dunia.
Lebih dari itu, Iran juga punya cadangan besar dari berbagai jenis mineral seperti kromium, timbal, mangan, sulfur, emas, uranium dan titanium.
Iran juga merupakan rumah bagi cadangan litium yang besar.
Sanksi telah membekukan aset-aset Iran dan terdampak darinya, di antara hal lainnya, berinvestasi di gas, minyak, petrokimia, bersama dengan transaksi perbankan dan asuransi, serta pengiriman.
Kesepakatan di Wina memimpin pada ekonomi Iran dibuka kembali untuk investasi, transfer teknologi dan perdagangan global.
Untuk skala dunia, "bisnis normal" dengan Iran akan membuka beberapa kekayaan tersimpan paling besar di planet.
Pembelian energi Iran terbilang besar, karena akan menghasilkan pendapatan besar dengan harga minyak senilai USD 90 per barel.
Statista meranking Iran sebagai negara nomor 5 di dunia berdasarkan nilai sumber daya alamnya (USD 27,3 triliun) di tahun 2021, di atas China (USD 23 triliun) dan jauh mengungguli India (USD 0,11 triliun).
Tidak mengejutkan, integrasi Iran ke dalam ekonomi dunia membuat tekanan geopolitik baru.
Singkatnya, kekuatan regional yang otentik meningkat, yang memiliki potensi besar untuk menjadi kekuatan global, mengingat basis pertanian dan teknologinya, tenaga kerja terlatih, pasar domestik yang besar (populasi: 85 juta) dan lokasi geografis.
Dalam tiga sampai lima tahun lagi, Iran bisa menjadi sumber energi alternatif utama bagi benua Eropa, menyaingi Rusia; namun jika Iran bergandengan tangan dengan Rusia untuk membuat kartel atau mencapai kesepakatan dalam pangsa pasar, keduanya saja akan menyumbang sekitar 40-45% dari total cadangan gas dunia.
Sudah sangat jelas, kemitraan Rusia-Iran akan menjadi template strategi besar dari politik global.