Gara-Gara Punya Senjata yang Bisa Hancurkan Amerika Hingga Berani Menantang 'Anak Emasnya' Negara Ini Nasibnya Bakal Seperti Korea Utara Dicecar Habis-Habisan Oleh AS

Afif Khoirul M

Penulis

Menurut televisi Iran, rudal presisi tinggi, yang diproduksi seluruhnya di dalam negeri, dapat melewati sistem pertahanan rudal.

Intisari-online.com - Pada masa pemerintahan Donald Trump tentu banyak yang ingat tentang situasi memanasnya AS-Korea Utara.

Hal itu disebabkan Korea Utara berhasil kembangkan rudal balistik dengan hulu ledak nuklir yang bisa mencapai Amerika Serikat.

Namun situasi kini sudah mereka, dan negara Arab ini disebut bakal menjadi Korea Utara berikutnya, karena memiliki senjata yang bisa mencapai AS.

Negara tersebut adalah Iran.

Iran baru saja meluncurkan rudal baru dengan jarak jauh yang dapat mencapai pangkalan AS di kawasan itu dan menargetkan di dalam Israel.

Televisi pemerintah Iran telah melaporkan bahwa rudal baru negara itu menggunakan bahan bakar padat.

Menurut televisi Iran, rudal presisi tinggi, yang diproduksi seluruhnya di dalam negeri, dapat melewati sistem pertahanan rudal.

Namun, informasi ini belum diverifikasi secara independen dan titik terdekat Israel ke Iran adalah 620 mil jauhnya.

Baca Juga: Inilah Senjata Amerika yang Berada di Puncak Daftar Belanja Israel, Apa yang Terjadi sehingga Militer Israel Terdorong Memilikinya?

Baca Juga: Bak Pedang Bermata Dua yang Bisa Jadi Bumerang Penghancur Dunia, Konflik Ukraina Buktikan Pentingnya Senjata Nuklir, Bahkan Ukraina Disebut Pernah Memegang Senjata Nuklir, Lantas di Mana Sekarang?

Gambar rudal itu diterbitkan oleh televisi Iran sementara perwakilan Teheran dari kekuatan dunia mengadakan banyak dialog di Wina untuk memulihkan perjanjian nuklir dengan Teheran.

Iran telah lama menyatakan bahwa mereka tidak mencari senjata nuklir dan bahwa program misilnya murni defensif.

Sebelumnya, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran, Ali Shamkhani, membuat pernyataan itu beberapa hari setelah Israel menunjukkan tanda-tanda siap untuk meluncurkan serangan kilat ke Iran, menurut Sputnik.

Media Israel melaporkan bahwa pemerintah Israel telah menyetujui anggaran sebesar 1,5 miliar dollar AS untuk kampanye penyerangan fasilitas nuklir Iran.

"Israel akan membayar harga ekonomi yang sangat besar jika mereka berani menyerang Iran," tulis Shamkhani di Twitter. Pesan itu diposting dalam bahasa Persia, Arab, Inggris, dan Yahudi.

"Alih-alih mengalokasikan 1,5 miliar dollar AS untuk menyerang Iran, pemerintah Yahudi harus fokus pada penempatan dana puluhan triliun dolar untuk siap memperbaiki kerusakan ketika Iran menyerang balik dengan serangan kejutan," Shamkhani menekankan.

Pejabat senior Iran tidak merinci apa tanggapan Israel.

Republik Islam di Timur Tengah memiliki berbagai macam senjata jarak jauh seperti rudal balistik, rudal jelajah yang mampu menghantam wilayah Iran.

Baca Juga: Pantas Amerika Kepanasan, Kapal Perang Rusia Terungkap Sedang Lakukan Latihan Militer dengan Rusia, dan Iran, Tujuannya Bikin Seluruh Dunia Ketar-Ketir

Baca Juga: Betapa Indahnya! Noushabad, Kota Bawah Tanah Tersembunyi di Iran, Dibangun 1.800 Tahun Lalu, Digunakan Sebagai Tempat Perlindungan Terhadap Penjajah, Dilengkapi Fasilitas ini

Serangan terhadap pangkalan militer AS di Irak dengan serangkaian rudal balistik pada awal 2020, menunjukkan bahwa Iran bukan hanya peringatan.

Iran juga memiliki sejumlah sekutu di dekat Israel, termasuk Suriah dan organisasi Islam bersenjata seperti Hizbullah.

Dalam perkembangan terkait, Menteri Keuangan Israel Avigdor Liberman memperingatkan bahwa konflik dengan Iran tidak dapat dihindari.

Bahwa serangan pendahuluan adalah satu-satunya cara bagi Israel untuk mencegah Iran membangun senjata nuklir.

Iran selalu bersikeras bahwa mereka tidak mengembangkan senjata nuklir.

Namun langkah untuk meningkatkan kapasitas pengayaan uranium tingkat senjata di pembangkit nuklir Iran telah membuat khawatir Amerika Serikat, Israel dan sekutu mereka.

Israel dan Iran menganggap satu sama lain sebagai "musuh", sejak Revolusi Islam Iran tahun 1978.

Sebagian besar negara Muslim saat ini tidak menjalin hubungan dengan Israel.

Iran dan Amerika Serikat diperkirakan akan melanjutkan pembicaraan dengan bulan depan di Wina, Austria, untuk membahas masalah pemulihan perjanjian nuklir.

Artikel Terkait