Intisari-Online.com - Inggris termasuk negara yang menentang invasi Rusia ke Ukraina.
Sikap Inggris yang menentang invasi Rusia ke Ukraina itu sudah berulang kali disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Apalagi Johnson melihat pasukan Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina telah meluncurkan latihan oleh pasukan rudal nuklir strategis.
Rusia sendiri berulang kali menyatakan mereka tidak akan menyerang Ukraina.
Akan tetapi sikap Presiden Rusia Vladimir Putin yang tidak mau menarik pasukannya begitu ambigu.
"Kami tidak sepenuhnya tahu apa yang dimaksudkan Presiden Putin, tetapi ini mungkin pertanda buruk," kata Johnson dalam konferensi keamanan di Munich seperti dilansir dari reuters.com pada Minggu (20/2/2022).
Menurut Johnson, jika Rusia benar-benar menginvasi Ukraina, maka itu bisa berakibat ke seluruh dunia.
"Jika Ukraina terancam, goncangan akan bergema di seluruh dunia."
"Dan gema itu akan terdengar di Asia timur, akan terdengar di Taiwan."
"Orang-orang akan menarik kesimpulan bahwa agresi bisa dilakukan."
Diketahui hampir sama dengan situasi di Rusia-Ukraina, China juga memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Sehingga mereka tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mendapatkan kembali kendali atas pulau itu.
Padahal dibanding Ukraina, Taiwan sudah menjadi negara merdeka sejak 1949.
Johnson mengatakan negara-negara Barat telah berulang kali mengatakan kepada Ukraina bahwa mereka akan mendukung kemerdekaannya.
Tapi itu belum bisa menghentikan invasi dari Rusia.
Saat ini yang bisa dilakukan Inggris dan negara lain hanya memblokir beberapa perusahaan Rusia.
Stau memberikan sanksi kepada bisnis dan individu Rusia jika negara itu menyerang Ukraina.
Terakhir, Johnson meminta Eropa harus menghentikan pasokan minyak dan gas Rusia untuk menghentikan invasi.
Inilah harga yang harus Rusia bayar jika menginvasi Ukraina.