Find Us On Social Media :

Seisi Dunia Menahan Napas, Invasi Rusia ke Ukraina Dapat Dimulai Kapan Saja, Amerika Ungkap Inilah Serangan Pertama yang Akan Dilakukan Vladimir Putin

By Mentari DP, Sabtu, 12 Februari 2022 | 10:00 WIB

Konflik Rusia dan Ukraina.

Intisari-Online.com - Konflik Rusia dan Ukraina sepertinya sudah mulai memasuki situasi berbahaya.

Meski Rusia berulang kali membantah rencana untuk menyerang Ukraina, tapi konflik Rusia dan Ukraina memang nyata.

Apalagi Rusia telah mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di dekat perbatasan.

Melihat hal ini, sejumlah negara juga mendesak warga negara mereka untuk meninggalkan Ukraina.

Amerika Serikat (AS) menjadi negara pertama yang meminta warganya untuk meninggalkan Ukraina dalam waktu 48 jam ke depan.

Selanjutnya, Inggris, Kanada, Belanda, Latvia, Jepang, dan Korea Selatan juga melakukan hal yang sama.

Sikap beberapa negara itu membuat kementerian luar negeri Rusia menuduh negara-negara Barat menyebarkan informasi palsu.

Tapi Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan yakin bahwa Rusia sekarang sedang dalam posisi untuk dapat melakukan aksi militer besar.

Baca Juga: Demi Gertak Amerika Hingga Buat Ukraina Tunduk, Inilah Senjata Rahasia Rusia yang Konon Bisa Menyulut Perang Dunia III, Sudah Dikerahkan ke 2 Negara Amerika Utara Ini

Baca Juga: Sudah Membara, Rencana Vladimir Putin Untuk Invasi Ukraina Dipastikan Hanya Jadi Angin Saja, Pasalnya Rusia Akan Alami Konsekuensi Mengerikan Ini Jika Nekat Gempur Ukraina

Bahkan invasi Rusia ke Ukraina dapat dimulai dengan pemboman udara.

Tentu ini akan mempersulit keberangkatan dan membahayakan warga sipil.

"Kami jelas tidak dapat memprediksi masa depan, kami tidak tahu persis apa yang akan terjadi," ungkap Sullivan seperti dilansir dari bbc.com pada Sabtu (12/2/2022).

"Tetapi risikonya sekarang cukup tinggi dan ancamannya sekarang cukup cepat."

"Sehingga pergi meninggalkan Ukraina adalah keharusan."

Sullivan menambahkan bahwa pemerintah tidak tahu apakah Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuat keputusan akhir untuk menyerang.

Tetapi dia mengatakan bahwa Kremlin sedang mencari alasan untuk membenarkan tindakan militer.

Militer AS memang sudah waspada ketika ada peningkatan lebih lanjut pasukan Rusia di perbatasan Ukraina selama seminggu terakhir.

Selain itu, ketika Rusia merencanakan latihan militer di Laut Hitam dalam beberapa hari mendatang.

Baca Juga: Bakal Jadi Konflik Terbesar di Eropa Sejak Perang Dunia II, Terkuak Rencana Invasi Vladimir Putin yang Terbaru, Ukraina Bukan Satu-satunya Target Rusia!

Baca Juga: Pantas Amerika dan NATO Mati-matian Bantu Ukraina, Rupanya Jika Rusia Berhasil Kuasai Ukraina, Maka Negara-negara Ini Juga Bisa Jatuh ke Tangan Vladimir Putin

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan peningkatan pasukan Rusia di perbatasan adalah tanda-tanda eskalasi Rusia yang sangat mengganggu.

"Jelas invasi dapat dimulai kapan saja," terang Blinken.

Meski begitu, Presiden AS Joe Biden telah mengatakan bahwa dia tidak akan mengirim pasukan untuk menyelamatkan warga yang terdampar jika terjadi tindakan Rusia.

Namun dia telah menyetujui tindakan terkoordinasi untuk menimbulkan konsekuensi ekonomi yang parah pada Rusia jika menginvasi Ukraina.

AS juga mengatakan akan mengerahkan 3.000 tentara lagi dari Fort Bragg, Carolina Utara, ke Polandia, dan mereka diharapkan tiba di sana minggu depan.

Pasukan tidak akan berperang di Ukraina, tetapi akan memastikan sekutu AS tidak akan terluka.

Tidak hanya Biden, Presiden Prancis Emmanuel Macron diperkirakan juga akan berbicara dengan Putin pada hari Sabtu ini.

Rusia  telah memulai latihan militer besar-besaran dengan negara tetangga Belarusia, dan Ukraina menuduh Rusia memblokir aksesnya ke laut.

Hal inilah yang membuat AS, NATO, dan negara lain langsung waspada.

Baca Juga: Pantas Menham Prabowo Boyong 42 Jet Tempur Rafale, Rupanya Jet Tempur Prancis Ini Disebut Sebagai Pesawat Non-Siluman Terbaik di Bumi, Bisa Kalahkan F-22 Raptor Milik AS

Baca Juga: Tak Pernah Diumbar Prabowo, Siapa Sangka Jet Tempur Rafale yang Sukses Diboyong Indonesia Sudah Punya Tandem Mematikan di Pangkalan TNI AU, 'Deadly Combo'