Dampak Tritura
Tuntutan pembubaran PKI yang tidak segera dipenuhi, lama-kelamaan berubah menjadi desakan agar Bung Karno turun tahta.
Sementara Sidang Kabinet Dwikora pada 15 Januari 1966 di Istana Bogor yang mengundang para mahasiswa tidak memuaskan mereka.
Perombakan kabinet yang kemudian diumumkan pada 21 Februari 1966 justru semakin memanaskan suasana. Pasalnya masih ada beberapa tokoh berhaluan kiri di dalam kabinet baru itu.
Pada 24 Februari 1966, terjadi bentrokan antara demonstran melawan Resimen Cakrabirawa di depan Istana Negara yang memakan korban jiwa.
Dalam bentrokan itu, seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran UI, Arif Rahman Hakim tewas karena tertembak.
KAMI disalahkan atas insiden itu, sehingga sehari selanjutnya KAMI dibubarkan. Meski begitu, unjuk rasa anti-PKI terus berlangsung.
Soekarno semakin terjepit dengan demonstrasi yang terus terjadi.
Akhirnya, ia mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar, yang berisi perintah kepada Soeharto selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengendalikan keamanan dan ketertiban negara.
Kelak, Supersemar menjadi pembuka jalan naiknya Soeharto menjadi presiden selama 32 tahun.
(*)