Find Us On Social Media :

Dibangun Oleh Pangeran dari Kerajaan Sriwijaya yang Jadi Buronan, Inilah Kerajaan Malaka, Kerajaan Kuat di Asia Tenggara yang Namanya Tak Kalah Tersohor dari Majapahit dan Sriwijaya

By Afif Khoirul M, Selasa, 1 Februari 2022 | 15:33 WIB

Ilustrasi kerajaan Malaka.

Intisari-online.com - Jika berbicara tentang kerajaan terkuat di Asia Tenggara di masa lalu, tentu nama Majapahit dan Sriwijaya ada di daftar teratas.

Namun, wilayah Asia Tenggara yang luas juga membuat bebrapa kerajaan muncul di kawasan lain.

Seperti kerajaan asal Malaysia ini, yang namanya tak kalah kondang dari Sriwijaya dan Majapahit.

Kerajaan tersebut, adalah Kerajaan Malaka yang bahkan Malaka menjadi kerajaan berikutnya yang mengambil alih komando dalam mengendalikan perdagangan di Kepulauan Melayu.

Didirikan oleh Parameswara, seorang pangeran dari Sriwijaya yang hancur, kerajaan ini memiliki pengaruh besar di Selat Malaka.

Saking terkenalnya nama Kesultanan yang pernah kuat ini diabadikan di salah satu selat tersibuk di planet ini.

Menjelang akhir abad ke-14, Malaka mulai meningkatkan pengaruhnya sebagai pusat perdagangan.

Kesultanan Malaka makmur sampai tahun 1511 sebagai mata rantai penting dalam perdagangan dunia.

Baca Juga: Menelusuri Jejak Kerajaan Aru, Berkali-kali Mengirim Misi ke China sejak Zaman Kubilai Khan hingga Berpindah-pindah Ibu Kota Lantaran Hal Ini

Baca Juga: Mengapa Kerajaaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim? Simak Penjelasan Berikut Ini

Dikatakan bahwa populasi pelabuhan Malaka sebelum jatuhnya Kesultanan mungkin sekitar 100.000, dan dengan demikian, sama besarnya dengan kota-kota Eropa lainnya pada waktu itu, seperti Napoli dan Paris.

Konon Parameswara adalah pangeran dari Kerajaan Sriwijaya yang menjadi buronan dan hingga akhirnya mendirikan sebuah kerajaan.

Parameswara (1344-1414), seorang pangeran Palembang keturunan Hindu dari Sriwijaya, mendirikan Malaka sekitar tahun 1400.

Saat itu, Sriwijaya sedang kehilangan pengaruhnya dan menghadapi ancaman dari berbagai pelosok Nusantara.

Sekitar waktu yang sama, kerajaan Majapahit, yang berpusat di Jawa, memperluas perbatasannya di luar pulau.

Sriwijaya kerajaan yang sebelumnya menguasai Jawa telah diusir dari pulau itu pada tahun 1290, oleh Singhasari, pendahulu Majapahit.

Akibatnya, Sriwijaya harus memindahkan istananya dari Palembang, di tepi Sungai Musi di Sumatera bagian selatan, ke Melayu (sekarang provinsi Jambi) di Sungai Batang Hari.

Meskipun istana kerajaan telah pindah ke Melayu, Palembang tetap menjadi kota kekaisaran yang penting.

Baca Juga: Raja Majapahit pun Sampai Melongo Kala Pendekar Jagoannya Dipermalukan, Inilah Hang Tuah, Pesilat Terbaik Melayu yang Pengkhianatannya Picu Kematian Ribuan Nyawa

Baca Juga: Alasan Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim

Pada 1390-an, Majapahit mengirim ribuan kapal untuk menyerang Palembang, dan menaklukkan kota, mengakhiri kerajaan seribu tahun.

Parameswara yang selama ini tinggal di Palembang sebagai seorang pangeran, melarikan diri dari istananya.

Akhirnya sampai di pulau Temasik yang dipimpin oleh seorang keturunan Sriwijaya, Temagi, seorang kepala suku Melayu dari Patani yang diangkat oleh Raja Siam sebagai Bupati Tumasek.

Namun, Temasik telah menjadi wilayah Majapahit sejak 1365. Setelah beberapa hari, Parameswara dikhianati oleh kerabatnya dan harus membunuhnya.

Parameswara kemudian memerintah Temasik selama sekitar empat tahun, sampai ia diserang oleh tentara Majapahit.

Ketika salah satu menteri Parameswara membuka gerbang untuk memungkinkan tentara Majapahit menyerang istana. Parameswara melarikan diri ke utara ke Muar.

Di Muar, Parameswara berpikir untuk mendirikan kerajaannya di Biawak Busuk atau di Kota Buruk.

Menemukan bahwa lokasi Muar tidak cocok, ia melanjutkan perjalanannya ke utara.

Baca Juga: Sumber Sejarah Kerajaan Majapahit yang Masih Utuh, Apa Saja Semuanya?

Baca Juga: Bukan Karena Angkatan Lautnya yang Kuat, Ternyata Dengan Meminta Bantuan Kelompok Ini Kerajaan Sriwijaya bisa Merajai Lautan Asia Tenggara, Keberadaanya Konon Masih Ada Hingga Kini

Sepanjang jalan, ia dilaporkan mengunjungi Sening Ujong (sebelumnya bernama Sungai Ujong sekarang) sebelum mencapai sebuah desa nelayan di muara Sungai Bertam (dulu bernama Sungai Malaka).

Ini berkembang dari waktu ke waktu menjadi lokasi Kota Malaka modern.

Menurut Sejarah Melayu, di sinilah ia menyaksikan kancil mengecoh seekor anjing saat beristirahat di bawah pohon Malaka.

Dia mengambil apa yang dia lihat sebagai pertanda baik dan memutuskan untuk mendirikan sebuah kerajaan bernama Malaka pada tahun 1400.

Hingga kinii, kancil adalah bagian dari lambang Malaka modern.

Pada 1409, Parameswara menikahi Malik ul Salih, seorang putri Pasai, mengadopsi gelar Persia Syah, dan menyebut dirinya sebagai "Sultan Iskandar Syah.

Dikatakan ia tetap seorang Hindu sampai kematiannya.

Meskipun ia tidak masuk Islam, pernikahannya dengan putri Muslim mendorong sejumlah rakyatnya untuk memeluk Islam.