Penulis
Intisari-Online.com - Kekhawatiran perang telah meroket di Eropa setelah Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina.
Rupanya ini karena Rusia bersitegang dengan NATO.
Lalu Rusia menuntut jaminan luas dari Barat termasuk janji bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan untuk bergabung dengan aliansi pertahanan.
Rusia membantah memiliki rencana untuk menyerang tetangganya.
Ini karena kekuatan Barat mengancam negara yang dipimpin oleh Vladimir Putin itu dengan sanksi ekonomi yang melumpuhkan jika invasi terjadi.
Baik Amerika Serikat (AS) dan Inggris telah mulai mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina.
Sementara ribuan tentara dari kedua negara diketahui telah bersiaga.
Nile Gardiner, seorang analis kebijakan luar negeri dan mantan pembantu Margaret Thatcher, memperingatkan Barat membuat konsesi ke Rusia atas Ukraina akan terbukti sangat berbahaya.
Dia juga memperingatkan jika Barat gagal melenturkan ototnya di sini, Presiden Putin dapat mengalihkan perhatiannya ke negara-negara NATO.
"Jika Rusia lolos dengan menginvasi dan menduduki sebagian besar Ukraina, selain Krimea, mereka dapat mengarahkan pandangan mereka berikutnya ke negara-negara Baltik," kataGardiner.
"Sangat berbahaya bagi Barat untuk membuat konsesi apapun atas Ukraina."
"Jika Barat tidak melakukan apa-apa di sini, Putin dapat menguji perairan dengan negara-negara NATO berikutnya."
Dilansir dari express.co.uk pada Senin (31/1/2022), pakar kebijakan luar negeri juga melancarkan serangan sengit terhadap Jerman dan Prancis.
Mereka menuduh keduanya tidak berbuat cukup untuk melawan Rusia atau mempertahankan wilayah NATO.
Menghentikan jalur pipa Nord Stream 2 ke Eropa tetap menjadi sanksi utama yang dapat dijatuhkan Barat kepada Rusia.
Tetapi itu dapat memicu krisis pasokan gas yang telah membuat harga energi di seluruh benua melonjak.
Pada akhirnya,Jerman hanya memasok 5.000 helm militer ke Ukraina untuk membantu mempertahankan diri dari kemungkinan serangan Rusia.
Sikap itu disebut walikota Kyiv Vitali Klitschko sebagai "lelucon" yang membuatnya "tidak bisa berkata-kata".
Awal pekan ini, Kanselir Jerman Olaf Scholz membela rekor negaranya dalam mendukung Ukraina.
Dia mengatakan pada konferensi pers bersama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron: "Kami telah melakukan banyak hal untuk secara aktif mendukung pembangunan ekonomi dan pembangunan demokrasi di Ukraina."
Pekan lalu, Macron mendesak sesama negara anggota UE untuk bekerja sama menyusun proposal untuk kesepakatan keamanan baru dengan Rusia.
Sikap dua negara besar itu langsung membuatGardiner marah.
"Ini mengejutkan saya bahwa beberapa anggota NATO, seperti Jerman, tidak akan mengangkat jari bahkan untuk mempertahankan wilayah NATO," ungkapGardiner.
"Jerman berada dalam mode yang mengerikan terhadap Rusia dan tidak akan melawan Putin."
"Macron menginginkan pakta keamanan antara UE dan Rusia, tetapi ini mengerikan untuk melihat semua ini," tutupnya.