Penulis
Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) akhirnya turun tangan mengadapi konflik Rusia dan Ukraina.
Dilaporkan guna menahankonflik Rusia dan Ukraina, sekitar 8.500 tentara AS telah ditempatkan dalam siaga tinggi.
Tujuannya untuk siap dikerahkan dalam waktu singkat di tengah meningkatnya ketegangan atas konflik Ukraina.
Hal ini telah dikonfirmasi Pentagon tadi malam.
Belum lagi intelijen melaporkan ada60 kelompok pertempuran Rusia di perbatasan Ukraina.
Ditambah ada100.000 personel militer berkumpul di perbatasan.
Meski sudah banyak bukti, namun Rusia masihmembantah rencana aksi militer.
Dmitry Peskov, juru bicara Vladimir Putin, malah menuduh Barat yang meningkatkan ketegangan dengan mengerahkan lebih banyak pasukan.
Dilansir dari express.co.uk pada Rabu (26/1/2022), Rusia memang telah berulang kali menyalahkan Barat atas suasana tegang itu.
Hingga Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan peringatan keras kepada para pemimpin lain jika melewati batas.
Selama pidato kenegaraan tahunannya April lalu, Putin mengatakan beberapa negara Barat berperilaku seperti serigala yang berusaha menyenangkan Amerika Serikat (AS).
“Kami tidak ingin memulai," ucap Putin.
“Kami akan memutuskan sendiri dalam setiap kasusjika ada yang melanggar batas."
Dia menambahkan: “Negara yang melakukan provokasi apa pun terhadap Rusia akan menyesali tindakan mereka."
Putin sebelumnya mengancam akan memotong pasokan gas sebagai tanggapan atas pengenaan sanksi terkait Ukraina.
Efek dari tindakan semacam itu akan terasa tepat di seluruh Eropa, dan menghantam seluruh benua.
Sebab Rusia menyediakan sekitar 40 persen pasokan gas alam Eropa.
Jika Rusia memotong pasokan gas di tengah musim dingin, biaya energi akan meroket.
Hal ini akan membuat Uni Eropa (UE) berjuang keras untuk menyelesaikan krisis.
Sebagai contoh apa yang terjadi diMoldova.
Negara Eropa Timur itu mengalamikeadaan darurat pada bulan Oktober setelah Rusia hanya memasok 67% kebutuhan Moldova.
Bayangkan saja jika Rusia menguranginya hingga 50% atau sama sekali tidak mambantu.
Oleh karenanya, jika negara Eropa lain tidak mau bernasib sama dengan Moldova, maka sebaiknya mereka menerima tuntutan Rusia.
Di mana Rusia menuntut agar Ukraina tidakakan pernah diizinkan untuk bergabung dengan NATO.
NATO juga diminta untuk tidak memperluas kekuasaannya ke Eropa Timur danmengakhiri aktivitas militer NATO di Eropa timur.
Di bawah tuntutan Moskow, unit harus ditarik keluar dari Polandia dan republik Baltik Estonia, Latvia, dan Lithuania.
"Saya yakin bahwa kedaulatan sejati Ukraina hanya mungkin dalam kemitraan dengan Rusia," tutup Putin.