Penulis
Intisari-online.com - Memanasnya situasi Rusia-Ukraina memang semakin memuncak saja.
Namun, hingga saat ini belum terjadi bentrokan yang dinilai cukup membahayakan.
Meski demikian bukan tidak mungkin Rusia bisa hancurkan Ukraina dalam sekejap dengan kekuatan militernya.
Pasalnya Rusia memiliki banyak opsi untuk menyerang Ukraina, mulai dari meluncurkan kampanye militer habis-habisan hingga serangan terbatas.
Termasuk meluncurkan serangkaian rudal jelajah dari kapal selam.
Menurut 24h.com.vn, Angkatan Laut Ukraina lebih lemah dari sebelumnya setelah insiden Krimea 2014, hanya menyisakan satu fregat yang bisa berperang.
Jika kapal perang terakhir ini disingkirkan, angkatan laut Rusia akan mengambil kendali penuh atas Laut Hitam, tapi lalu apa yang akan dilakukan Moskow?
Menurut David Ax, analis militer untuk majalah Forbes, Armada Laut Hitam memiliki kapal penjelajah, 5 fregat, dan 6 kapal selam Kilo.
Armada tersebut mampu mendaratkan beberapa batalyon secara bersamaan, mendukung pasukan bermotor dalam merebut kota pelabuhan Odessa, Ukraina.
"Kekuatan amfibi ini tidak besar, tetapi didukung oleh api dari laut," kata Sidharth Kaushal dan Sam Cranny-Evans, dua ahli di Royal Institute of British Studies di London.
Kapal induk Armada Laut Hitam Moskow juga dapat menjadi sistem rudal anti-pesawat bergerak, yang melindungi pasukan serangan darat pesisir.
Moskow biasa melakukan tugas serupa ketika berpartisipasi dalam operasi militer di Suriah.
Tetapi dukungan tembakan atau dukungan pertahanan udara adalah tugas kapal permukaan, bukan kapal selam.
Enam kapal selam Kilo Rusia dilengkapi dengan rudal jelajah jarak jauh Kalibr.
Salah satu kapal selam ini, Rostov-No-Donu, digunakan untuk meluncurkan rudal melawan pemberontak Suriah.
Selama bertahun-tahun, Rusia telah secara signifikan meningkatkan rudal jelajah Kalibr, meningkatkan bobot hulu ledak hingga lebih dari 400kg, dengan jangkauan 1.600km.
Jika Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap serangan habis-habisan terlalu berisiko.
Moskow dapat meluncurkan serangan terbatas dengan rudal jelajah jarak jauh yang bertindak sebagai pencegah, tetapi tanpa meningkatkan ketegangan.
"Menyerang target yang terletak jauh di dalam Ukraina dengan rudal jelajah yang dikombinasikan dengan kontrol wilayah pesisir mungkin merupakan opsi yang paling mungkin dilakukan Rusia," simpul dua ahli esai Kaushal dan Cranny-Evans.
Rudal jelajah Kalibr sangat cocok untuk tugas ini.
Baru-baru ini pada tahun 2018, tiga kapal perang AS meluncurkan 60 rudal jelajah Tomahawk ke sasaran tentara pemerintah Suriah.
Penulis David Axe mengatakan bahwa Ukraina sebagian mempersulit armada Laut Hitam Rusia dengan meletakkan ranjau tebal di perairan pantai.
Tetapi pihak Rusia juga memiliki kapal penyapu ranjau untuk menangani skenario ini.