Penulis
Intisari-online.com - Korea Utara belakangan ini cukup aktif melakukan uji coba rudal nuklirnya.
Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek, ke beberapa obyek dalam waktu satu bulan ini.
Hal ini membuat beberapa negara seperti Jepang dan Korea Selatan ketar-ketir dengan aktivitas militer Korea Utara.
Sementara Amerika telah berulang kali memberikan peringatakan kepada Korea Utara terkait aktivitas senjata militernya.
Namun, sebuah info mengatakan Korea Utara yang baru-baru ini berulang kali menguji coba berbagai jenis rudal.
Di balik peluncuran ini adalah peran penting Rusia, menurut pengamat.
Korea Utara mengkonfirmasi telah meluncurkan dua peluru kendali taktis pada 17 Januari.
"Peluncuran itu bertujuan untuk mengevaluasi secara selektif peluru kendali taktis yang sedang diproduksi, serta memverifikasi keakuratan sistem senjata ini," kata kantor berita resmi Korea Utara KCNA.
Ini adalah peluncuran rudal keempat Korea Utara pada Januari 2022.
Korea Utara meluncurkan rudal balistik dari kereta api pada 14 Januari, dan menguji dua rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari.
Menurut pengamat, peluncuran rudal Korea Utara tidak akan berhasil tanpa jejak Rusia, berkat jaringan navigasi satelit Glonass.
"Tidak ada negara yang menganggap Amerika Serikat sebagai musuh yang menggunakan sistem navigasi GPS AS untuk tujuan militer, karena khawatir tentang kemungkinan intervensi militer AS," kata Andrei Chang, pemimpin redaksi National Defense Review.
Menurut Chang, Korea Utara memiliki dua opsi lain: sistem navigasi Beidou China dan Glonass Rusia.
Namun menurut sumber militer China, Beijing belum menyediakan sistem navigasi BeiDou ke Korea Utara untuk penggunaan militer.
"Para ahli Korea Utara memilih Glonass karena cocok dengan lokasi geografis dan ketinggiannya saat meluncurkan rudal," kata sumber itu, yang tidak mau disebutkan namanya.
"Korea Utara telah mewarisi banyak teknologi rudal dari era Soviet, jadi penambahan sistem navigasi Rusia tidak mengejutkan," tambahnya.
Menurut sumber itu, Iran dan Pakistan menggunakan sistem navigasi Beidou China untuk tujuan militer, tetapi kemungkinan besar versi terbatas.
"China mungkin berbagi beberapa kode sinyal militer sistem Beidou dengan Pakistan di bawah kemitraan strategis, tetapi sistem itu bekerja secara regional, tidak secara global," kata pakar yang berbasis di Utara Song Zhongping.