Pengembaraan Jet Tempur Tokyo
Tahun 2016, Jepang mencapai pencapaian teknologi ketika menerbangkan Demonstrator Teknologi Canggih (ATD) mereka, X-2 Shinshin.
Dalam perkembangan sampai 2007, ATD memakan biaya USD 350 juta dan mengandung kulit komposit keramik/silikon karbida yang inovatif dan turbofan dorong vektor yang kuat untuk kemampuan manuver ekstrem serta kecepatan terbang super-jelajah.
Shinshin diduga memiliki penampang radar seukuran "kumbang raksasa".
Namun ATD adalah sebuah demonstrator teknologi, bukan sebuah purwarupa untuk jet tempur bersenjata penuh.
Ketika Tokyo menolak keras kebutuhan pembangunan USD 40 miliar, hal itu membekukan pengembangan lebih lanjut dan mengeluarkan Permintaan Informasi kepada perusahaan penerbangan asing.
Konsep hibrida badan pesawat F-22 dengan avionik F-35 yang lebih canggih tampak sangat menarik, tapi tagihan untuk pesawat semacam itu tetap sangat tinggi dengan perkiraan USD 215 juta per pesawat.
Jepang juga mendekati Grumman, yang beberapa dekade sebelumnya mengembangkan pesawat tempur siluman XF-23 'Black Widow' dan Bae Inggris yang kini mengembangkan jet tempur Tempest.
Apapun pilihannya akan berarti Jepang berkomitmen membangun lebih banyak pesawat tempur generasi kelima daripada melihat ke depan untuk desain generasi keenam seperti Tempest dan FCAS Eropa.
Kemudian lebih jauh lagi, industri penerbangan militer yang maju sangat sulit untuk dimulai kembali setelah gangguan yang lama.