Hal itu membuat kelompok ini makin terjepit dan tersingkir dari ruang hidup mereka.
Sumber-sumber makanan mereka pun makin sulit di dapat.
Beberapa kejadian yang dialami kelompok Akejira, salah satu nama kelompok Suku Togutil, yang menunjukan fakta tersebut benar-benar terjadi.
Sebanyak 11 anggota kelompok Akejira terpaksa harus keluar dari hutan karena kekurangan sumber pangan untuk bertahan hidup.
“Akejira sendiri saat ini berada di wilayah aktivitas perusahan tambang nikel yang menguasai wilayah hidup suku ini."
"Sementara 2 tahun lalu kelompok Woesopen (nama kelompok suku Togutil) terpaksa harus keluar meminta bantuan beras di perusahan kayu dengan alasan yang sama."
"Bahkan jika taman nasional memberlakukan aturan hukum secara ketat, dipastikan kelompok ini akan kehilangan akses pada ruang hidup dan sumberdaya alam yang ada di dalam kawasan tersebut,” kata Munadi Kilkoda dari AMAN Maluku Utara pada 2019 silam saat terjadi kasus penyerangan oleh Togutil.
Krisis pangan ini, jelas Munadi, akan menghantui kehidupan Suku Togutil.
Mereka harus menghadapi kekuatan luar demi mempertahankan sumber-sumber kehidupan mereka.
Selain itu, mereka dipaksa harus keluar dari hutan dan berbaur dengan masyarakat desa, namun sisi lain pola pendekatan yang dilakukan pemerintah jauh dari karakter, budaya dan tradisi yang mereka miliki.