Find Us On Social Media :

Sesajennya Diduga Ditendang Seorang Pria, Suku Tengger Ternyata Punya Statistik Kriminalitas Tak Biasa, Hanya Dimiliki Keturunan Terakhir Majapahit

By K. Tatik Wardayati, Senin, 10 Januari 2022 | 17:45 WIB

Pria tendang sesajen di Gunung Semeru, cr

Intisari-Online.com – Dalam sebuah video yang viral di media sosial, terekam aksi seorang pria yang belum diketahui identitasnya, melakukan perusakan pada sesajen makanan di lokasi bencana erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.

Polisi kini tengah mencari pria tersebut, yang aksinya dalam video viral tersebut diiyakan ooleh Kapolres Lumajang AKBP Eka Yekti Hananto Seno, melansir kompas.com.

Menurut Eka, pihaknya saat ini masih memburu pria dalam rekaman video yang menendang sesajen tradisi ruwatan tersebut.

Diduga perusakan yang dilakukan oleh pria tersebut dengan membuang makanan itu berasal dari tradisi ruwatan warga Sumbersari, Lumajang.

Tradisi ruwatan biasanya dilakukan oleh warga untuk memohon keselamatan dan bencana usai erupsi Gunung Semeru.

Banyak warganet yang menyayangkan aksi perusakan tersebut.

Dalam video yang viral tersebut, terdengar suara pria yang mengatakan, “Ini yang membuat murka Allah, jarang sekali disadari bahwa inilah yang mengundang murka Allah hingga menurunkan adzabnya.”

Kejadian itu sangat disesalkan oleh banyak warganet, tidak hanya kepolisian yang kemudian memburu pria tersebut, bahkan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lumajang, Muhammad Muslim, pun menyesalkan adanya tindakan dalam video tersebut.

Baca Juga: Jadi Sisa-sisa Masyarakat Terakhir Majapahit, Inilah Suku Tengger yang Layaknya Hidup Bersembunyi untuk Meneruskan Budaya Leluhur Majapahitnya

 Baca Juga: Ledakannya Membuat Penduduk Lereng Gunung Semeru Harus Menyelamatkan Diri, Konon Lereng Gunung Semeru Menjadi Tempat Terakhir Penduduk Keturunan Majapahit yang Masih Tersisa

Tindakan itu telah mencederai kerukunan beragama yang ada di Lumajang, menurut Muslim.

Tindakan tersebut telah mencederai moderasi beragama yang selama ini sudah disepakati antartokoh agama di Kabupaten Lumajang.