Find Us On Social Media :

Bukan Hayam Wuruk, Justru Ibunyalah yang Membuka Jalan Majapahit Menuju Masa Keemasannya, Ini Keputusan Terpenting yang Dia Buat Hingga Majapahit Sukses Taklukan Nusantara

By Mentari DP, Sabtu, 8 Januari 2022 | 14:30 WIB

Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.

Intisari-Online.comKerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di Nusantara.

Pada saat mencapai puncak kejayaannya, Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk.

Tapi sebelum Hayam Wuruk sebagai raja keempat Majapahit memimpin, kerajaan ini sempat mengalami berbagai masalah.

Salah satunya pemberontakan.

Rupanya pemberontakan di Majapahit sudah bermula dari pemerintahan Raden Wijaya, pendiri Majapahit.

Pada masa itu, ada dua pemberontakan yang begitu besar yang dilakukan oleh Rangga Lawe dan Lembu Sora.

Ketika Raden Wijaya meninggal dan pewaris sekaligus putra mahkota, Jayanegara menjadi raja. Namun pemberontakan justru semakin merajelela.

Misalnya pemberontakan yang dilakukan oleh Nambi dan Wiraraja, Kuti serta Tanca.

Baca Juga: Susah Payah Direbut Majapahit Hingga Harus Berperang dengan Belanda dan Jepang, Warga Suku di Pulau Timur Indonesia Ini Malah Berakhir Memeluk Agama Islam

Baca Juga: Dikenal Sebagai Kerajaan Hindu-Buddha Terbesar di Nusantara, Rupanya Umat Muslim Berhasil 'Nyempil' di Era Raja Majapahit Ini, Terkuak Berkat Adanya Penemuan Ini

Bahkan akhir hidup Jayanegara mengenaskan karena tewas akibat tikaman Tanca, saat berada di dalam istana.

Di tengah kelamnya kehidupan di Majapahit, muncullah seorang wanita bernama Tribhuwana Tunggadewi.

Siapakah Tribhuwana Tunggadewi?

Dikutip dari buku Prof. Dr. Slamet Muljana berjudul "Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit" yang terbit pada 2005, Tribhuwana Tunggadewi merupakan merupakan anak Raden Wijaya dari permaisuri Gayatri.

Ketika kursi kepimpinan Majapahit kosong, atas saran Gajah Mada, Tribhuwana Tunggadewi langsung memimpin tampuk kepemimpinan Majapahit.

Ini semua karena tidak adanya keturunan laki-laki dari Raden Wijaya atau dari Jayanegara. 

Pada tahun masehi 1329, Tribhuwana Tunggadewi pun dinobatkan sebagai raja ketiga Majapahit atau Ratu pertama.

Hal pertama yang dilakukan Tribhuwana Tunggadewi saat memimpin Majapahit adalah melantik Gajah Mada sebagai patih amangku bumi.

Ini semua karena dia tahu betapa hebatnya pedang Gajah Mada tak tarkalahkan.

Bersama Gajah Mada, Tribhuwana Tunggadewi pun langsung menumpas pemberontakan.

Baca Juga: Mengaku Sebagai Dewa Hingga Suruh Para Brahmana Menyembahnya, Akhir Hidup Kertajaya Sungguh Misterius, Konon Dirinya 'Lenyap' Tak Tersisa Karena Hal Ini

Baca Juga: Namanya Hampir Tidak Pernah Terdengar, Inilah Sosok Panglima Angkatan Laut Majapahit yang Bikin Majapahit Jadi Penguasa Lautan, Jasanya Sebanding dengan Gajah Mada!

Kegigihan Gajah Mada pun membuatnya berani menyampaikan sumpah.

Ya, Sumpah Palapa itu disampaikan Gajah Mada dihadapan Tribhuwana Tunggadewi dan para menterinya.

Dia berjanji akan menyatukan beberapa wilayah nusantara di bawah pemerintahan kerajaan Majapahit.

"Jika telah berhasil menundukkan nusantara, saya baru akan istirahat."

"Jika Gurun, Seran, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik telah tunduk, saya baru akan beristirahat," demikian bunyi sumpah Palapa Gajah Mada.

Pada akhirnya, sumpah itulah yang membuat Gajah Mada mulai menyatukan wilayah nusantara saat Majapahit dipimpin Tribhuwana Tunggadewi.

Menurut kitab Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365, Tribhuwana Tunggadewi turun takhta ketika sang ibu, Gayatri, meninggal.

Walau begitu, anaknya, Hayam Wuruk berhasil menyempurnakan tugasnya untuk membawa Majapahit ke masa keemasannya.

Baca Juga: Pantas Saja Jadi Kerajaan Terkuat yang Pernah Ada, Ternyata Segini Banyak Kapal Perang Buatan Majapahit, Lebih Banyak dari Jumlah Kapal Angkatan Laut Indonesia Sekarang!

Baca Juga: Informasinya Begitu Sedikit Namun Perannya Tak Kalah Besar, Siapa Sangka Inilah Sosok-sosok Perempuan Hebat di Balik Kesuksesan Majapahit Taklukan Nusantara