Find Us On Social Media :

Kini Jadi Pusat Perang Saudara Ethiopia, Begini Potret Mengenaskan Kondisi Anak-anak di Sana yang Kelaparan, Kehabisan Pangan Memaksa Mereka Tak Makan Apa-apa

By Mentari DP, Jumat, 7 Januari 2022 | 19:30 WIB

Perang saudara di Ethiopia.

Intisari-Online.com - Selain pandemi virus corona, rupanya telah terjadi perang saudara di Ethiopia selama dua tahun terakhir ini.

Akibat dari  perang saudara di Ethiopia itu, anak-anak di sana kelaparan.

Salah satu korbannya adalah seorang bayi berusia tiga bulan yang bernama Surafeal Mearig.

Dilansir dari bbc.com pada Jumat (7/1/2022), Surafeal Mearig terbaring tak berdaya di rumah sakit terbesar di wilayah Tigray yang dilanda perang di Ethiopia.

Matanya terbuka lebar dan tulang rusuknya menekan kulitnya yang tipis berkerut.

Dia termasuk di antara banyak anak yang menderita kekurangan gizi karena perang saudara selama 14 bulan yang juga telah menyebar ke wilayah tetangga Afar dan Amhara.

Dokter anak Surafeal di Rumah Sakit Rujukan Ayder di ibu kota Tigray, Mekelle, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa beratnya 2,3 kg, satu kilogram lebih ringan daripada saat lahir.

Menurut catatan medis yang diterbitkan oleh staf rumah sakit, susu ibunya telah mengering dan orangtuanya, sekarang keduanya menganggur, tidak mampu membeli susu formula.

Baca Juga: Covid-19 Merebak Bak Seperti Tahun 2019, Jutaan Rakyat China Justru Jadi Korban Gara-gara Ulah Pemerintahnya Sendiri yang Lakukan Lockdown Ketat, 'Kami Mati Kelaparan!'

Baca Juga: Tanpa Pandemi Virus Corona Sekalipun, Warga Korea Utara Memang Sulit Keluar dari Bencana Kelaparan, Pembelot Ini Bongkar Kondisi Mengejutkan Pertanian di Korea Utara

Masalah semakin rumit ketika staf di rumah sakit mengatakan mereka kehabisan makanan terapeutik untuk merawat anak-anak seperti Surafeal.

"Sekarang sudah enam bulan sejak pasokan apa pun datang ke sini dari Addis Ababa (ibu kota federal)," kata seorang dokter di rumah sakit itu.

"Kami hampir menyelesaikan apa yang kami miliki sejak pasokan terakhir kami tiba pada Juni."

"Semuanya kini hampir habis," tambahnya.

Minggu ini petugas medis di Rumah Sakit Ayder menyampaikan laporan kepada lembaga bantuan internasional untuk meminta bantuan.

Surafeal hanyalah salah satu anak.

Para petugas medis mengatakan lebih dari 40% anak-anak berusia di bawah lima tahun yang datang ke rumah sakit ini mengalami kekurangan gizi.

Angka ini dua kali lipat lebih tinggi daripada tahun 2019.

Medhaniye yang berusia empat tahun misalnya.

Dengan tulang kurus juga terbaring di ranjang rumah sakit, dia harus menerima selang makanan terhubung melalui hidungnya.

Baca Juga: Bencana Kelaparan Tak Lama Lagi Akan Menimpa Korea Utara, Kim Jong-Un Malah Perintahkan Warga Korea Utara Makan Angsa Hitam, Alasannya Bikin Geleng-geleng Kepala

Baca Juga: 'Bayi Perempuan Dijual Seharga Rp7 Juta oleh Keluarganya yang Kelaparan', Begini Nasib Mengenaskan Anak-anak Afghanistan di Bawah Kuasa Taliban

Laporan medisnya mengatakan dia mulai menderita kekurangan gizi setelah tentara menyerang rumah keluarganya menyembelih sapi mereka, menghancurkan dan menjarah harta benda.

BBC tidak dapat memverifikasi secara independen perincian dalam laporan dokter.

Ini karena sebagian besar Tigray telah mengalami pemadaman komunikasi sejak November 2020 ketika konflik pecah antara Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang mengendalikan sebagian besar wilayah dengan pemerintah federal.

Wartawan juga belum bisa mengunjungi Tigray sejak Juli 2020.

Selain kekurangan makanan, para dokter juga mengaku kekurangan obat.

Ini semua karena pemerintah federal dan sekutu mem-"blokade" obat-obatan dan peralatan selama enam bulan.

Akibatnya angka kematian menjadi tinggi.

"Sejak wilayah itu dikepung, 35 pasien lainnya telah kehilangan nyawa mereka karena tidak adanya obat dan alat," kata laporan itu.

Baca Juga: Korea Utara di Ambang Kelaparan, Sok-sokan Tutup Perbatasan dengan China, Justru Rakyat Korea Utara Jadi Korban Gara-gara Ulah Pemerintahannya Sendiri

Baca Juga: Tersemat dengan Mantap di Dada, Lambang Bulan Bintang di Klub Bola Ini Jadi Simbol 'Utang Nyawa' Rakyat Irlandia pada Kekaisaran Turki, Terjadi Setelah Disengsarakan Raja Inggris

Dokter mengatakan mereka telah dipaksa untuk menghentikan pendarahan dengan tangan kosong, mencuci dan menggunakan kembali sarung tangan atau membuat cairan disinfektan sendiri.

Peliknya kondisi di sana membuat badan-badan bantuan mengeluh karena tidak bisa mengirim bantuan ke Tigray sejak perang dimulai.

Menurut laporan terakhir Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Ocha) pada 30 Desember, konvoi bantuan belum mencapai Tigray sejak pertengahan Desember.

Itu semua karena penundaan birokrasi dan ketidakamanan.

Padahal program Pangan Dunia memperkirakan bahwa 100 truk yang membawa bantuan perlu mencapai Tigray setiap minggu untuk memenuhi kebutuhan lebih dari lima juta orang.

Tetapi menurut hanya 12% dari pasokan yang dibutuhkan yang berhasil masuk ke wilayah tersebut.

Baca Juga: Pantas Sampai Jadi Contoh 'Resep Sempurna Bencana' Dunia, Rakyat Timor Leste Ternyata Sampai Lakukan Ini, Saking Tidak Mampunya Membeli Makanan

Baca Juga: Benar-benar Tak Tahu Malu, Manfaatkan 14 Juta Warga Afghanistan yang Terancam Kelaparan, Taliban Dapat Rp17 Triliun Dana Bantuan, Tapi Malah Minta Lebih ke Amerika