Find Us On Social Media :

Pantas Saja Jejak Majapahit Masih Misterius Hingga Kini, Ternyata Belanda Sempat Menemukan Sisa-Sisa Kerajaan Besar Itu, Namun Penelusuran Dihentikan Gara-Gara Hal Ini

By Afif Khoirul M, Kamis, 6 Januari 2022 | 16:29 WIB

Jejak Majapahit tahun 1941 yang ditemukan oleh Belanda.

Intisari-online.com - Penelusuran jejak-jejak Majapahit memang masih menjadi misteri hingga kini.

Hingga saat ini, jejak kerajaan tebesar di Indonesia itu, masih sedikit diketahui.

Meski demikian, sebenarnya jejak-jejak Majapahit sempat ditemukan Belanda.

Arsitek Belanda, H. Maclaine Pont, telah jujur ​​mengakui pada tahun 1941 bahwa ia bahkan tidak pernah menyelidiki sisa-sisa Menak Jinggo.

Baca Juga: Sukses Besar Kala Majapahit Memiliki Mahapatih Gajah Mada, Siapa Sangka Inilah Sosok Pengganti Gajah Mada yang Justru Membawa Kemunduran Majapahit

Akan tetapi, yang paling tepat, pemerintah kolonial merencanakan penggalian tahun 1941, namun upaya tersebut terhenti karena kurangnya biaya.

Dalam upaya bersama untuk menyangkal 'hipotesis' lain arsitek Belanda tahun 1924 bahwa sisa-sisa batu bata di Keḍaton.

Tepat sebelum promosinya ke Raad van Indie pada hari-hari terakhirnya menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur.

Ch.O. van der Plas (1891-1977, menjabat 1936-Juni 1941), yang menaruh minat besar pada sejarah Majapahi.

Baca Juga: Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak pada Akhir Abad ke-15

Secara pribadi menyetujui anggaran besar sebesar 20.000 Gulden Hindia Belanda (sekarang sekitar 300.000 Euro) untuk penggalian.

Dari awal Juli sampai pertengahan Desember 1941, Willems menggali sekitar 750 meter persegi bagian barat laut dan barat teras Siti Inggil di Keḍaton.

Sebuah pekerjaan tanah berlapis bata berukuran sekitar 66 meter utara-selatan kali 56 meter timur-barat dan beberapa Tingginya 2 meter di mana.

Menurut tradisi lisan Jawa setempat, raja-raja Majapahit memberikan audiensi kepada pejabat senior mereka di dalam istana kerajaan.

Setelah arkeolog WF Stutterheim meninggal pada tahun 1942.

Namun, baru-baru ini kami menemukan korespondensi ahli keramik dan mantan kurator koleksi keramik Royal Batavian Society of Arts and Sciences (sekarang di Museum Nasional di Jakarta), EW van Orsoy de Flines (1945-59).

Menawarkan wawasan baru tentang penggalian Keḍaton tahun 1941.

Menurut enam surat yang dipertukarkan antara Willems, Van Orsoy de Flines dan Stutterheim antara 25 Agustus dan 30 Desember 1941.

Baca Juga: Kekuasaan Majapahit Menyebar Hingga Asia Tenggara Bahkan Disebut Pernah Taklukkan Wilayah Filipina, Ternyata Begini Cara Majapahit Hancurkan Kerajaan Filipina Kuno Menurut Nagarakertagama

Ekskavator mengirim empat kotak dengan pecahan yang digali di lokasi Keḍaton kepada spesialis keramik.

Meringkas laporan 29 halamannya tentang dua kotak pertama dalam suratnya kepada Stutterheim, Van Orsoy de Flines bertanggal setidaknya 92,4% dari 765 pecahan, berasal dari Cina Tengah, Timur, Tenggara dan Selatan serta dari Tonkin, Kamboja, Thailand dan Burma hingga abad ke-14 atau ke-15.

Dalam surat terakhirnya kepada Stutterheim pada tanggal 30 Desember 1941, ahli keramik secara otoritatif memberi tanggal hampir semua pecahan di kotak ketiga dan keempat dengan periode sempit 1350-1500.

Van Orsoy de Flines juga sepenuhnya menyadari konteks arkeologi dari penggalian Keḍaton tahun 1941.

Menyimpulkan,"Het geheel maakt nog meer den indruk van een rijke hofhouding, dan de vorige zendingen deden ."

Dalam terjemahan kami yang telah diubah secara kontekstual, "semua pecahan dalam dua kotak terakhir meninggalkan kesan yang lebih kuat kepada saya tentang rumah tangga kerajaan (Majapahit) yang makmur (di situs Keḍaton) daripada yang dilakukan (dua) pengiriman sebelumnya”.

Kata-kata ini tidak kehilangan aktualitasnya, karena situs tersebut sekarang telah digali seluruhnya dan sebagian dihancurkan

Ketika tim arkeolog melakukan penggalian di Keḍaton, surat kabar Jakarta Post melaporkan pada 11 September 2008, "Para peneliti menemukan ibu kota Majapahit, tetapi bukan istana."

Baca Juga: Situasi Kerajaan Majapahit Carut Marut, Para Pembesarnya Lebih Suka Hidup Mewah dan Berpesta, Sunan Ampel pun Datang dan Mampu Atasi dengan Ajaran ‘Moh Limo’, Apa Isi Ajarannya Itu?

Jadi, mengevaluasi laporannya 77 tahun kemudian, penanggalan arkeologis Van Orsoy de Flines tentang teras Siti Inggil di Keḍaton akan dicatat dalam sejarah sebagai satu-satunya yang pernah dilakukan, karena pecahan yang digali di sana pada tahun 1941 tampaknya telah hilang.

Selain itu, pada bulan Juli 1941, Stutterheim juga merekonstruksi tata letak istana kerajaan Majapahit berdasarkan rencana penggalian Keḍaton tahun 1930 yang dikombinasikan dengan pembacaan seksama deskripsi Prapañca tentang istana kerajaan dalam pidato Nāgarakṛtāgama Jawa Kuno tahun 1365.

Oleh karena itu, analisis pecahan Van Orsoy de Flines pada bulan September-Desember 1941 merupakan bagian terakhir dari bukti yang hilang yang menegaskan bahwa Keḍaton situs istana kerajaan menurut tradisi lisan Jawa setempat pasti berasal dari periode Majapahit (abad 14-15).

Dengan demikian menyangkal 'hipotesis' Maclaine Pont tanpa dapat ditarik kembali.

Namun, semua bukti yang sangat penting ini tidak tersedia bagi para arkeolog di kemudian hari.

Akibatnya, fantasi arsitek Belanda yang paham publisitas telah mendominasi arkeologi Majapahit-Trowulan selama 94 tahun.