Sementara itu, perombakan kabinet kemudian diumumkan pada 21 Februari 1966 yang justru semakin memanaskan suasana. Pasalnya masih ada beberapa tokoh berhaluan kiri di dalam kabinet baru itu.
Unjuk rasa besar-besaran kembali meledak pasca keputusan itu.
Pada 24 Februari 1966, bentrokan terjadi antara demonstran melawan Resimen Cakrabirawa di depan Istana Negara yang menewaskan seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran UI, Arif Rahman Hakim karena tertembak.
Gugurnya Arif Rachman hakim membuat semangat mahasiswa semakin terbakar.
Unjuk rasa anti-PKI terus berlangsung dan membuat Soekarno semakin terjepit hingga akhirnya mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.
Melalui surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) inilah yang menjadi awal bagi Soeharto mendapat wewenang untuk mengambil segala tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan dan stabilitas politik.
Pengaruh Soekarno sebagai presiden pun semakin melemah, sebaliknya, Soeharto justru kian kuat bak pahlawan penyelamat bangsa. Akhirnya Orde Lama benar-benar tumbang dan digantikan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto.
Surat Perintah 11 Maret 1966 ini juga kemudian dianggap sebagai awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru. Sementara Tritura disebut-sebut sebagai tonggak sejarah lahirnya Orde Baru.
Terlepas dari itu, Tritura menjadi catatan sejarah Indonesia bagaimana usaha para mahasiswa untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat. Sehingga setiap 10 Januari diperingati sebagai Hari Tritura.
(*)