Find Us On Social Media :

Covid-19 Merebak Bak Seperti Tahun 2019, Jutaan Rakyat China Justru Jadi Korban Gara-gara Ulah Pemerintahnya Sendiri yang Lakukan Lockdown Ketat, 'Kami Mati Kelaparan!'

By Mentari DP, Selasa, 4 Januari 2022 | 12:30 WIB

Kasus virus corona di China.

Intisari-Online.com - Sudah menjadi rahasia umum bahwa Wuhan menjadi pusat wabah virus corona terbesar di China.

Selain karena Wuhan merupakan tempat kasus virus corona pertama kali ditemukan, dari sini jugalah kasus mulai menyebar ke seluruh dunia.

Namun seiring berjalannya waktu, kasus virus corona di China berkurang drastis.

Bahkan hampir selama 2 tahun lamanya.

Tapi pada minggu terakhir tahun 2021, mendadak jumlah kasus China naik ke titik tertinggi sejak Maret 2020.

Pada akhirnya kota-kota di China kembali melakukan lockdown. Salah satunya kota Xi'an.

Xi'an adalah kota besar dan ibu kota Provinsi Shaanxi di Cina tengah. 

Dan sekali lagi kota dengan 13 juta penduduk ini melakukan lockdown ketat hampir dua minggu yang lalu.

Namun, penduduk di kota itu mengatakan bahwa mereka sekarang berisiko kelaparan di dalam rumah mereka sendiri.

Baca Juga: Setelah Omicron Menggila dan Kasus Campuran Virus Corona dan Flu Mendadak Muncul, Kini Varian Baru Covid-19 Lainnya Ditemukan, Benarkah Lebih Berbahaya dari Keduanya?

Ini karena mereka tidak bisa pergi keluar rumah untuk membeli makanan.

Jika pun mereka bisa ke luar rumah, maka mereka harus pergi ke tempat yang jauh.

Padahal peraturan mengatakan hanya satu orang dari setiap rumah tangga akan diizinkan keluar dari rumah mereka untuk membeli bahan makanan setiap dua hari.

Namun peraturan ini kemudian diperketat kasus mendadak meningkat.

Dilansir dari express.co.uk pada hari Minggu (2/1/2022), setelah lebih dari seminggu lockdon yang ketat, jumlah kasus harian turun menjadi 122 kasus.

Dan kemudian turun lebih jauh pada hari Senin (3/1/2022) menjadi 90 kasus.

Xi'an sendiri telah mencatat sekitar 1.600 kasus selama pandemi di kota tersebut.

Pejabat kota mengatakan bahwa mereka yang berada di daerah yang berlabel 'berisiko rendah' ​​akan diizinkan untuk mendapatkan barang-barang penting yang mereka butuhkan setelah pengujian massal selesai di kota dan jika mereka memiliki hasil negatif.

Masalahnya sikap pemerintah itu membuat orang-orang curhat di Weibo.

Mereka berbagi cerita tentang berjuang untuk menemukan sesuatu untuk dimakan dan meminta bantuan orang lain.

Satu orang menulis: “Saya akan mati kelaparan."

Baca Juga: Kasus Flurona, Campuran Infeksi Virus Corona dan Flu Muncul Untuk Pertama Kalinya, Ahli Sebut Orang Dengan Kondisi Ini yang Paling Rentan, Hati-hati!

 

"Tidak ada makanan, kompleks perumahan saya tidak akan membiarkan saya keluar, dan saya akan kehabisan mie instan. Tolong bantu!"

Lebih banyak warga turun ke media sosial untuk mengkritik pengelolaan wabah oleh pemerintah Xi'an.

Tagar 'Berbelanja bahan makanan di Xi'an itu sulit' di platform Weibo dilihat lebih dari 380 juta kali pada hari Senin, menurut CNN.

Banyak yang menggunakan platform tersebut untuk melampiaskan kemarahan mereka karena mereka panik tidak bisa membeli atau menimbun persediaan.

 

“Saya tidak ingin mendengar lagi tentang bagaimana semuanya baik-baik saja."

"Tidak ada gunanya jika persediaan begitu melimpah jika Anda tidak benar-benar memberikannya kepada orang-orang," rkritik seorang warga.

Komentar lain, dikutip CNN, berbunyi: "Sebelumnya saya pikir orang-orang yang melakukan panic buying itu bodoh."

"Sekarang saya sadar bahwa sayalah yang bodoh."

Kota itu pertama kali dikunci menjelang akhir Desember 2021.

Itu semua terjadi setelah pengujian massal mengungkap kasus varian Delta meningkat dan memicu wabah baru.

Baca Juga: Kembali Bikin Seisi Bumi Ketar-ketir, Dokter Mendadak Temukan Pasien Pertama di Dunia yang Terinfeksi Flurona, Campuran Infeksi Virus Corona dan Flu