Penulis
Intisari-online.com - Sebagai ancaman nomor satu di Timur Tengah Israel telah berulang kali mencoba melakukan upaya kotor untuk menghentikan program nuklir Iran.
Laporan New York Post mengatakan, mata-mata Israel, Mossad telah berulang kali melakukan sabotase dengan meledakan beberapa fasilitas nuklir Iran.
Menurut Jake Wallis Simons, Israel telah melakukan tiga operasi besar selama 18 bulan terakhir terhadap situs nuklir Iran.
Dikatakan, serangan-serangan tersebut melibatkan sebanyak seribu personel Mossad dan dieksekusi dengan presisi yang kejam menggunakan persenjataan berteknologi tinggi, termasuk drone dan quadcopter, serta mata-mata.
Salah satu yang terkenal adalah pembunuhan ilmuwan nuklirMohsen Fakhrizadeh menggunakan senapan mesin yang dikendalikan dari jarak jauh, ungkap Jewish Chronicle.
Selain itu upaya sabotase lain yang disebut tripartit dimulai pada 2 Juli 2020, dengan ledakan misterius di fasilitas Pusat Sentrifugal Tingkat Lanjut Iran di Natanz.
Salah satu situs nuklir ultra-aman yang tersebar di sekitar Iran.
Pada awalnya, orang Iran bingung, pasalnya gedung itu meledak dengan sendirinya.
Menurut Simons, ketika aparat ayatollah merenovasi fasilitas tersebut pada 2019, agen-agen Israel menyamar sebagai pedagang konstruksi dan menjual perlengkapan bangunan kepada mereka.
Perlengkapan bangunan itu dikemas dengan bahan peledak, dan setahun kemudian, mereka diledakkan oleh Tel Aviv.
Meski berulang kali melakukan operasi untuk menghalangi pengembagan teknologi militer Iran, baru-baru ini Iran jusru membuat Israel gigit jari dengan uji coba rudal balistiknya.
Iran meluncurkan serangkaian rudal balistik pada 24 Desember, dalam sebuah latihan.
"Latihan ini sebagai tanggapan atas ancaman baru-baru ini dari Israel," kata Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, kepala staf angkatan bersenjata Iran.
"16 rudal balistik benar-benar menghancurkan target hipotetis. Rudal-rudal ini cukup untuk menghancurkan negara yang mengancam akan menyerang Iran," katanya.
Baca Juga: Ditakuti Israel, Terungkap Peralatan Militer Andalan Iran yang Digunakan untuk Menyerang Targetnya
Mayor Jenderal Hossein Salami, komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, juga menyatakan bahwa "latihan itu merupakan peringatan keras" bagi Israel.
"Jika mereka membuat kesalahan sekecil apa pun, kami akan memotong tangan mereka," kata Jenderal Salami.
Jenderal Salami menekankan bahwa perbedaan antara serangan rudal yang sebenarnya dan latihan itu hanyalah "mengubah koordinat target".
"Oleh karena itu, Israel harus berhati-hati dengan apa yang mereka katakan," tambah Jenderal Salami.
Rudal balistik yang diluncurkan oleh Iran selama latihan termasuk Emad, Ghadr dan Sejjil.
Ini adalah rudal jarak menengah, dengan jangkauan 1.700 - 2.500 km.
Sementara, jarak antara Israel dan Iran sekitar 1.700 km.
Pada hari terakhir latihan, Iran juga meluncurkan 10 drone Mohajer secara bersamaan, mengenai dua sasaran di laut dengan bom berpemandu Ghaem-5.
Latihan Payambar-e-Azadm (Nabi Besar) telah berlangsung di Iran selatan sejak 20 Desember.
Isi dari latihan itu termasuk speedboat Iran yang meluncurkan rudal anti-kapal dan kapal perang yang meluncurkan rudal jelajah.
Latihan itu berlangsung saat penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada 22 Desember, setelah Israel menentang upaya untuk memulihkan kesepakatan nuklir Iran.
Israel telah secara terbuka menyatakan bahwa mereka berencana untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
Tapi Israel membutuhkan bom beton berat untuk menembus fasilitas nuklir bawah tanah di Iran.