Find Us On Social Media :

Bak Tak Ingin Prancis Terus-terusan 'Ngambek' Karena Tak Ikut Perjanjian AUKUS, AS Bakal Tingkatkan Kapal Induk Prancis dengan Sistem Berteknologi Tinggi Ini

By Tatik Ariyani, Sabtu, 25 Desember 2021 | 13:40 WIB

Ilustrasi Kapal Selam Amerika Serikat

Intisari-Online.com - Pada bulan September lalu, Amerika Serikat (AS), Inggris dan Australia membentuk kesepakatan AUKUS.

AUKUS merupakan kesepakatan keamanan dengan AS dan Inggris yang akan memberi Australia peningkatan kemampuan pertahanan yang besar dari negara militer paling kuat di dunia.

Berdasarkan pakta AUKUS, AS dan Inggris setuju untuk mendukung Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Perjanjian AUKUS membuat Prancis marah karena Australia membatalkan kesepakatan kapal selam multi-miliar dollar AS dengan Prancis.

Baca Juga: Harus 'Tunduk' dengan Negara-negara ASEAN Lain, Ambisi Malaysia untuk Jadi Raksasa Teknologi di Asia Tenggara dengan Gandeng AUKUS Bagaikan Api dalam Sekam

Pembatalan proyek kapal selam dengan Prancis tersebut tak lain karena Australia menjalin aliansi keamanan baru dengan AS dan Inggris, AUKUS tersebut.

Tak heran, perjanjian AUKUS tersebut membuat krisis diplomatik antara Prancis dengan AS dan Australia.

Hubungan AS dan Prancis telah mencapai titik yang sulit karena pengecualian Prancis dari perjanjian AUKUS tersebut.

Namun, setelah berbulan-bulan kekecewaan Prancis tersebut, AS telah menyetujui penjualan sistem canggih ke Prancis.

Baca Juga: Bermodal Surat yang Diteken Prabowo, Prancis Mulai Pepet Indonesia untuk Balas Dendam dengan Australia yang Berkhianat Lewat AUKUS, Sampai Bikin Video Khusus

Melansir The EurAsian Times, Kamis (23/12/2021), pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyetujui penjualan Sistem Peluncuran Pesawat Elektromagnetik (EMALS) senilai lebih dari $1,32 miliar untuk kapal induk masa depan Prancis, menurut Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA).

Kesepakatan itu akan dilanjutkan melalui rute Penjualan Militer Asing (FMS), seperti dilansir Naval News.

“Departemen Luar Negeri telah membuat keputusan untuk menyetujui kemungkinan Penjualan Militer Asing kepada pemerintah Prancis Sistem Peluncuran Pesawat Elektromagnetik (EMALS), Peralatan Penangkapan Lanjut (AAG), dan peralatan terkait dengan perkiraan biaya $ 1,321 miliar,” kata DSCA dalam siaran pers pada 21 Desember.

DSCA menyampaikan sertifikasi yang diperlukan yang memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan ini, kata rilis itu.

“Pemerintah Prancis telah meminta untuk membeli satu Electromagnetic Aircraft Launch System (EMALS), dua konfigurasi peluncur, satu Advanced Arresting Gear (AAG) dan tiga konfigurasi mesin,” tambahnya.

Kontraktor utama untuk proyek tersebut adalah General Atomics-Electromagnetic Systems Group di San Diego, California, dan Huntington Ingalls Industries di Newport News, Virginia, menurut rilis DSCA.

Rilis itu juga menunjukkan komitmen Amerika terhadap penguatan militer Prancis serta memastikan interoperabilitas antara angkatan bersenjata mereka.

Ini menyoroti bagaimana keamanan sekutu NATO Prancis sangat diperlukan untuk stabilitas politik dan kemajuan ekonomi Eropa.

Baca Juga: Begitu Hebatnya Majapahit Puncak Peradaban Nusantara, Negara Tetangga Ini Disebut-sebut Pakai Bendera Kerajaan Majapahit Jadi Inspirasinya

Rilis menyebutkan bahwa “interoperabilitas antara AS dan Perancis akan dipertahankan sebagai hasil dari kesepakatan yang diusulkan. Program kapal induk generasi berikutnya di Prancis akan mencakup EMALS dan AAG. Peralatan ini akan dengan mudah diintegrasikan ke dalam pasukan militer Prancis.”

Ketundukan Amerika ke Kongres juga mengisyaratkan nilai yang dimiliki Prancis sebagai sekutu di Amerika Serikat.

Amerika tampaknya telah mencapai keseimbangan antara komitmennya terhadap Australia dan tanggung jawabnya terhadap Prancis.

Rilis lebih lanjut mengatakan bahwa “untuk mendukung pemasangan sistem kapal, commissioning, sertifikasi, pengujian kompatibilitas pesawat, sertifikasi dek penerbangan, dan uji coba laut, sekitar 40 perwakilan pemerintah dan kontraktor AS akan ditugaskan ke Prancis selama 10 minggu per tahun pada tahun kalender 2033 -2038.

Namun, itu juga meyakinkan Kongres dan semua orang Amerika bahwa transaksi yang direncanakan tidak akan berdampak negatif pada kesiapan pertahanan Amerika Serikat.