Find Us On Social Media :

Tak Sampai Dua Minggu Usai Sebut Tak Tahan Lihat Darah dan Air Mata Rakyat Palestina, Erdogan Malah Ucapkan Ini Usai Bertemu para Rabi Yahudi, Lupa?

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 24 Desember 2021 | 12:53 WIB

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

Intisari-Online.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas dan perdamaian di Palestina adalah dengan menciptakan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.

Berbicara pada sesi pembukaan Konferensi ke-16 Persatuan Parlemen Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul, Erdogan menyatakan, Yerusalem bukanlah masalah sekelompok Muslim pemberani, tetapi masalah seluruh dunia Muslim.

“Sebagai cucu dari orang-orang yang memerintah Yerusalem selama 400 tahun, kami tidak tahan melihat darah, air mata, dan penindasan di Palestina,” kata Erdogan sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (10/12/2021).

Namun bertemu dengan delegasi para pemimpin Yahudi pada Rabu (22/12/2021), Erdogan mengatakan bahwa hubungan dengan Israel "penting untuk keamanan dan stabilitas kawasan."

Baca Juga: Padahal Kekurangan Anggaran Militer, Isreal Percaya Diri Koar-koar Bisa Berhasil Serang Program Nuklir Iran Besok Jika Diperlukan

 

Pemimpin Turki itu bertemu dengan para rabi Turki serta anggota Aliansi Rabbi di Negara-negara Islam dan diberikan hadiah Menorah perak.

Menurut Hurriyet Turki dan media lainnya, Erdogan berbicara menentang “ide-ide tidak manusiawi seperti rasisme, antisemitisme, intoleransi terhadap orang-orang dari agama yang berbeda,” sambil menyebut antisemitisme dan permusuhan terhadap Islam sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan.”

Dia mengatakan bahwa meskipun ada perbedaan dengan Israel atas kebijakannya terhadap Palestina, “hubungan kami dengan Israel di bidang ekonomi, perdagangan dan pariwisata berkembang dengan caranya sendiri.”

Baca Juga: Israel Menjadi Negara yang Pertama di Dunia, Sampai Perintahkan Rakyatnya Terima Vaksin Keempat untuk Melawan Varian Omicron, Memang Separah Apa Situasi di Sana?

 

Presiden Turki menyambut baik dialog baru-baru ini dengan Presiden Isaac Herzog dan Perdana Menteri Naftali Bennett, sambil mengatakan upaya tulus Israel untuk memajukan perdamaian dengan Palestina “tidak diragukan lagi akan berkontribusi pada proses normalisasi” antara Ankara dan Yerusalem.

“Hubungan Turki-Israel sangat penting untuk keamanan dan stabilitas kawasan."

"Kami siap untuk meningkatkan hubungan kami,” kata Erdogan.

Dulunya Israel pernah kecewa dengan hubungan hangat Erdogan dengan Hamas, kelompok teror yang menguasai Jalur Gaza.

Baca Juga: Kisah Gus Dur Presiden Indonesia yang Sukses Membuat Negara Yahudi Berdecak Kagum hingga Media Israel Bongkar Kehebatan Gus Dur dan Menggambarkannya dengan Ungkapan Begini

 

Negara-negara tersebut menarik duta besarnya pada 2010 setelah pasukan Israel menyerbu armada menuju Gaza yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina yang melanggar blokade Israel.

Meskipun sebagian besar kapal yang berpartisipasi naik tanpa insiden, mereka yang berada di kapal feri Turki dengan keras menentang tindakan Israel yang mengakibatkan kematian sembilan aktivis Turki.

Hubungan perlahan membaik tetapi rusak lagi pada tahun 2018, setelah Turki, yang marah dengan AS lantaran memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.

Baca Juga: Indonesia Ketahuan Beli Senjata Ini dari Israel Pada Tahun 2019, Padahal Tak Berhubungan Diplomatik dengan Negeri Yahudi, Ternyata Ini Alasannya...

 

Namun, sebagai tanda membaiknya hubungan, Erdogan baru-baru ini mengadakan panggilan telepon dengan Herzog dan juga dengan Bennett — di mana perdana menteri Israel yang baru berterima kasih kepada pemimpin Turki itu atas perannya dalam pembebasan pasangan Israel yang ditangkap di Istanbul pada kecurigaan mata-mata.

Langkah-langkah menuju pemulihan hubungan dengan Israel datang ketika Turki telah berusaha untuk mengakhiri isolasi internasionalnya dengan menormalkan hubungannya yang bermasalah dengan beberapa negara di kawasan itu, termasuk Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.

(*)