Find Us On Social Media :

AS Pasti Nyesel, Dulu Tolak Mentah-mentah Rancangan Ilmuwan Ini, Kini China Manfaatkan Rancangannya untuk Kembangkan Senjata Hipersonik

By Tatik Ariyani, Jumat, 10 Desember 2021 | 18:46 WIB

Boeing Manta X47C diluncurkan untuk memverifikasi desain Ming Han Tang.

Ming Han Tang lahir di Chongqing, ibu kota masa perang Tiongkok, pada 10 Juli 1939. Dia merupakan putra seorang jenderal Angkatan Darat Nasionalis.

Segera setelah perang saudara Tiongkok berakhir, keluarga Ming pindah ke Taiwan dan Brasil sebelum akhirnya menetap di Amerika Serikat pada tahun tahun 1950-an.

Karir Ming dengan NASA dimulai sebagai insinyur ruang angkasa di Pusat Penelitian Penerbangan Dryden di California pada 1960-an.

Dari sana, dia kemudian menduduki posisi terdepan di program rahasia Lockheed Martin seperti pesawat mata-mata U-2 dan SR-71 Blackbird.

Sejak akhir 1980-an, Ming memimpin program penelitian penerbangan hipersonik NASA.

Namun, pada tahun 1999, dia memutuskan untuk keluar dari badan antariksa AS karena ketidakpercayaan pemerintah terhadap ilmuwan asal China. Ming meninggal pada 28 Oktober 2018.

Wen Hoo Lee, seorang fisikawan nuklir di Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico, didakwa karena memberikan rahasia senjata nuklir AS ke China.

Namun, dia kemudian dibebaskan dari tuduhan dan menerima permintaan maaf dan penyelesaian $1,6 juta dari pemerintah federal AS.

Kasus ini dilaporkan secara luas dan mempengaruhi banyak peneliti asal China, terutama mereka yang bekerja di fasilitas sensitif, lapor South China Morning Post.

Chen Shiyi, saat itu wakil direktur Pusat Studi Nonlinier di Los Alamos dan salah satu pakar turbulensi top dunia, berhenti pada tahun yang sama.

Chen akhirnya kembali ke China dan membantu mendirikan laboratorium penelitian hipersonik canggih, tambah laporan SCMP.

Keluarnya ilmuwan asal China dari AS terjadi sekitar waktu yang sama ketika China memulai program senjata hipersoniknya pada awal 2000-an, menurut beberapa spesialis luar angkasa China.

Desain yang diberikan oleh Ming tidak sempurna, menurut Tan Huijin dan rekan-rekannya.

Hasil simulasi dan eksperimen komputer menunjukkan bahwa ada kemungkinan turbulensi kuat terjadi di sekitar sudut saluran masuk udara yang dapat mempengaruhi stabilitas penerbangan.

“Ada juga batasan seberapa curam sebuah pesawat bisa naik tanpa mencekik mesin. Meskipun tata letak mesin ganda layak dengan beberapa keuntungan, seperti yang disarankan oleh eksperimen lapangan, banyak masalah yang menantang masih harus diselesaikan,” kata tim Tan.