Find Us On Social Media :

Desa di Lumajang Hancur Usai Dihantam Erupsi Gunung Semeru, Desa di Jepang Ini Malah Berdiri Tepat di Kawah Gunung Berapi, Kok Bisa?

By Tatik Ariyani, Selasa, 7 Desember 2021 | 17:52 WIB

Aogashima, Laut Filipina.

Intisari-Online.comErupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, terjadi Sabtu (4/12/2021) pada pukul 15.00 WIB.

Akibat peristiwa tersebut, Desa Lumajang pun hancur.

Wakil Bupati Lumajang Indah Amperawati mengatakan, sebagian besar rumah warga yang berada di Dusun Curah Kobokan, Lumajang, Jawa Timur, rusak akibat awan panas guguran Gunung Semeru.

Akibatnya, lanjut Indah, warga yang berada di dusun itu terpaksa mengungsi.

Baca Juga: Tak Terjadi Secara Tiba-tiba, Gunung Berapi Biasanya Berikan Tanda-tanda Alam Sebelum ‘Muntahkan’ Isi ‘Perutnya’, Ini Pernyataan Ahli dan Pengakuan Warga Sekitar Gunung Semeru

"Hampir semua rumah hancur di Curah kobokan, sebagian besar (warganya) mengungsi di Balai Desa Penanggal," kata Indah lewat keterangan tertulis seperti dikutip Kompas.com dari Antara, Minggu (5/12/2021).

Berdasarkan data dari BNPB, erupsi Gunung Semeru hingga Minggu pagi telah menyebabkan 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang terluka serta mengakibatkan kerusakan rumah warga.

Sementara Desa Lumajang hancur karena erupsi Gunung Semeru, desa ini justru terletak di kawah gunung berapi.

Yakni Desa Aogashima di Laut Filipina, Jepang.

Baca Juga: Tidak Tinggalkan Ibunya Saat Semeru Meletus, Ibu dan Anak Ini Ditemukan Meninggal dalam Keadaan Berpelukan, Kondisi Keduanya Saat Dievakuasi Begitu Menyayat Hati

Melansir Atlas Obscura, Aogashima adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Laut Filipina, Jepang.

Desa ini berada di dalam pulau vulkanik tropis di Laut Filipina yang memiliki luas sekitar 8,75 km persegi.

Jadi, sebenarnya Aogashima adalah sebuah gunung yang masih aktif.

Terakhir kali gunung api kelac C ini meletus adalah tahun 1785 dan terbukti membahayakan warga yang tinggal di pulau itu.

Namun lebih dari 50 tahun kemudian, penduduk yang telah melarikan diri dari pulau itu kembali.

Meskipun jaraknya dari Tokyo sekitar 358 km, Aogashima merupakan bagian dari wilayah Tokyo dan secara administratif berada di bawah pemerintah Prefektur Tokyo.

Pulau Aogashima terbentuk oleh empat buah kaldera yang saling tumpang tindih. Artinya, di dalam kaldera ada kaldera lagi.

Mengutip Geologyin, meskipun gunung di Pulau Aogashima termasuk ke dalam gunung berapi kelas C, gunung tersebut tetap perlu diwaspadai karena bisa saja sewaktu-waktu meletus.

Baca Juga: 4 Weton ini Diramalkan Bakalan Punya Banyak Uang, Tetapi Tidak Bisa Menjadi Kaya Menurut Primbon Jawa

Akan tetapi, penduduk Pulau Aogashima hidup tenang-tenang saja di pulau terpencil yang hanya memiliki satu kantor pos, satu sekolah dasar, dan satu sekolah menengah itu. Bahkan, sebagian besar penduduk tinggal di dinding kawah.

Penduduk Pulau Aogashima umumnya hidup dari bertani, meski ada juga penduduk yang menjadi pegawai pemerintahan.

Mereka sebenarnya sudah tahu cerita tentang dahsyatnya letusan Gunung Augoshima.

 

Meski begitu, mereka tetap bertahan untuk tinggal di pulau tersebut.

Menurut mereka, letusan itu sudah lama terjadi yakni sudah lebih dari 230 tahun yang lalu.

Jadi, menurut mereka, untuk apa memikirkan hal-hal buruk yang akan terjadi.

Penduduk Pulau Aogashima beranggapan bahwa lebih baik fokus pada pekerjaan mengolah tanah yang sangat subur akibat letusan gunung.

Selain subur, Aogashima juga punya pemandangan yang sangat indah.