Find Us On Social Media :

Erupsi Gunung Semeru Sebabkan 14 Orang Tewas dan 1.300 Lainnya Mengungsi, Benarkah Gunung Api Bisa Meletus Jika Matahari Dalam Kondisi Seperti Ini?

By Mentari DP, Senin, 6 Desember 2021 | 13:45 WIB

Gunung Semeru erupsi.

Intisari-Online.com - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan Gunung Semeru erupsi beberapa kali dalam tiga hari terakhir.

Gunung Semeru erupsi pertama pada Sabtu (4/12/2021) pukul 13.30 WIB.

Keduanya pada Minggu (5/12/2021) pukul 05.03 WIB. 

Baca Juga: Berbanding Terbalik dengan Erupsi Gunung Semeru yang Bikin Panik, Ilmuwan NASA Sebut Jika Gunung Api yang Satu Ini Meletus, Justru Kita Harus Bahagia, Kok Gitu?

Dan yang terbaru adalah pada Senin (6/12/2021) hari ini pukul 07.53 WIB.

Akibat dari erupsi Semeru ini, 14 orang dinyatakan meninggal.

Sementara 56 lainnya terluka dan 1.300 warga terpaksa harus mengungsi.

Saat ini, PVMBG menyatakan status Gunung Semeru masih level II alias waspada.

Oleh karenanya, masyarakat dilarang tidak mendekati wilayah Gunung Semeru dalam radius 5 km.

Sebab kemungkinan akan ada awan panas berguguran, guguran lava, dan lahar.

Baca Juga: Semakin Agresif, Rupanya Rencana China Gempur Taiwan Dipastikan Hanya Omong Kosong Belaka, Pasalnya China Akan Alami Konsekuensi Mengerikan Ini Jika Nekat Gempur Taiwan

Bicara soal gunung api, rupanya kondisi gunung api tak terlepas dari pusat tata surya kita, yaitu Matahari.

Apalagi jika Matahari mengalami 'lockdown'. Apa maksudnya?

Yang dimaksud Matahari mengalami 'lockdown' adalah matahari berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.

Di mana artinya aktivitas di permukaan matahari telah turun secara drastis.

Kondisi 'solar minimum' ini pernah terjadi pada Mei 2020 silam.

Pada saat itu, solar Minimum sedang berlangsung dan kondisi Matahari menjadi salah satu yang terdalam pada abad ini.

Hal itu disampaikan oleh astronom Dr. Tony Phillips seperti dilansir dari nypost.com pada Senin (6/12/2021).

"Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."

Apakah kondisi 'solar minimum' ini berbahaya? Jawabannya iya.

Sebab ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi terkait 'solar minimum' ini.

Pertama, bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub.

Ini karena 'solar minimum' mempengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi. Sebab  dapat membantu memicu petir.

Baca Juga: Dibongkar Intelijen Amerika, Rusia Dituduh Jadi Biang Kerok Kekacauan di Eropa, Tindakan Rusia Ini Disebut-sebut Bisa Menyulut Seisi Eropa ke Dalam Peperangan

Itu dampaknya di luar angkasa. Jika di Bumi, maka ilmuwan NASA mengklaim bisa terjadi Dalton Minimum.

Dalton Minimum pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830.

Pada saat itu, kondisi mengarah pada periode musim dingin yang brutal. Di mana suhu merosot hingga 2 derajat Celcius selama 20 tahun.

Kondisi itu lantas menghancurkan produksi pangan dunia yang mengakibatkan kelaparan.

Akibat terakhir adalah letusan gunung berapi yang kuat.

Pada 10 April 1815, terjadi letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi.

Di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Hal ini juga menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli.

Wah, sungguh mengerikan bukan akibat dari 'solar minimum'?

Baca Juga: Ketika Vladimir Putin Dituduh Bersiap Melakukan Invasi demi Caplok Ukraina, Amerika, Inggris, dan NATO Beberkan Skenario Rusia Bisa Invasi Ukraina