Find Us On Social Media :

Tanah di Indonesia Ini Jadi Pabrik Uang Amerika Serikat, Orang Belanda Ini Beberkan Aliran Uang dari Tambang Emas Freeport Hingga Pengakuan Warga Papua

By May N, Minggu, 5 Desember 2021 | 15:14 WIB

Delta sungai Aikwa, Papua Barat, di mana sedimen penambangan Papua telah membunuh ikan dan udang di sungai dan merusak ekosistem

Wartawan lokal dan asing secara rutin dilarang masuk, ditahan, dipukuli dan dipaksa masuk dalam persidangan dalam tuntutan yang tidak masuk akal.

Polisi undercover secara teratur melacak agama asli, pemimpin sosial dan politikus lokal.

Serta, anak-anak di SD telah ditahan penjara karena ikut dalam demonstrasi menuntut kemerdekaan dari Indonesia.

"Tidak ada keadilan di negara ini," bisik salah seorang penduduk asli yang tidak ingin disebutkan namanya, sembari melihat di balik pundaknya dengan takut.

Baca Juga: Harta Karun di Tanah Papua: Tambang Emas Grasberg Terbesar di Dunia yang Ditemukan Penjajah Belanda pada 1930-an hingga Dioperasikan Freeport

"Ini merupakan pulau tanpa hukum."

Dozy tidak mencari emas pada 1936; tujuannya adalah memetakan puncak glasier tertinggi, tapi penemuannya membuat tertarik Freeport Sulphur, yang kemudian menjadi Freeport Minerals Company dan kemudian melalui penggabungan tahun 1981 dengan McMoRan Oil and Gas Companye, menjadi Freeport McMoRan yang dewan direkturnya termasuk Godfrey Rockefeller (berkuasa dari 1931 sampai awal 1980an) dan Henry Kissinger (1988-1995).

Saat ini, suku asli seperti Kamoro dan Amungme mengklaim komunitas mereka telah rusak karena kemiskinan, penyakit, tekanan dan kerusakan lingkungan sejak tambang mulai beroperasi pada 1973.

"Kami adalah orang-orang pantai, dan kami bergantung pada lingkungan," ujar kepala Kamoro, Hironimus Urmani, di Tipuka, desa dataran rendah di bawah sungai dari tambang Grasberg.

Baca Juga: Pantas Saja Jadi Buruan, Rupanya Ini Sederet Kejahatan Brutal Pemimpin KKB Papua Lekagak Telengen, Pernah Tembak Mati Kopassus Sampai Berniat Serang Freeport