Find Us On Social Media :

Setelah Dekati Rusia dan China, Mendadak Iran Mulai Lagi Operasikan Program Nuklirnya hingga Perkaya Uranium, Bikin PBB dan Amerika Langsung Ketar-ketir

By Mentari DP, Kamis, 2 Desember 2021 | 16:30 WIB

Nuklir Iran.

Intisari-Online.com - Salah satu penyebab konflik Amerika Serikat dan Iran adalah soal nuklir Iran.

Ini karena Iran terus mengoperasikan sejumlah senjata nuklirnya.

Sehingga membuat konflik Amerika Serikat dan Iran memanas. Termasuk yang baru-baru ini terjadi.

Baca Juga: Minum Obat Pahit! Mending Rajin Makan Ubi Jalar Setiap Pagi, Dijamin Tubuh Bakal Rasakan Manfaat Luar Biasa Ini, Selamat Tinggal Rumah Sakit

Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (2/12/2021), Iran dilaporkan telah mulai mengoperasikan rangkaian sentrifugal IR-6 canggih di fasilitas Fordo.

Tujuannya untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 20 persen.

Hal itu disampaikan oleh Badan Pengawas Nuklir PBB.

Langkah tersebut jelas merupakan pelanggaran kesepakatan Iran dengan enam kekuatan dunia, yakni China, Prancis, Jerman, Rusia, AS, dan Inggris .

Di mana mereka semua telah menandatangani kesepakatan pada 2015 sebagai imbalan atas pencabutan sanksi ekonomi terhadap Iran.

Baca Juga: Pantas Jadi Sorotan Seluruh Dunia, Kerusuhan di Negara Ini oleh Rakyatnya Sendiri Rupanya Dipicu oleh Persaingan China, Taiwan, dan AS, Situasi Asli di Sana Sungguh Mengerikan!

Berdasarkan kesepakatan, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JPCOA), Iran hanya diizinkan untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 3,67 persen.

JPCOA melihat Iran setuju untuk mengoperasikan tidak lebih dari 5.060 sentrifugal IR-1 tertua dan paling tidak efisien dan untuk menghentikan pengayaan di fasilitas bawah tanah Fordo.

Negara itu juga setuju untuk mengizinkan inspektur internasional untuk mengunjungi fasilitas mereka.

Dan untuk menahan tidak lebih dari 300kg uranium yang diperkaya rendah atau pengurangan 98 persen dari cadangan nuklir Iran sebelumnya.

Uranium yang sangat diperkaya, yang memiliki kemurnian 20 persen atau lebih, biasanya digunakan dalam reaktor riset.

Uranium tingkat senjata diperkaya 90 persen atau lebih.

Awal pekan ini, Israel berbagi informasi intelijen dengan AS dan beberapa sekutu Eropa yang menunjukkan bahwa Iran sedang bersiap untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 90 persen.

Alhasil, Donald Trump menarik AS keluar dari JPCOA pada 2018 dan memberlakukan sanksi baru terhadap negara itu.

Baca Juga: Namanya Bahkan Tak Pernah Didengar, Negara Bekas Jajahan Inggris Ini Langsung Jadi Incaran China, Dituduh Akan Digunakan Negeri Panda Untuk Hal Ini

Sejak Juli 2019, Iran semakin melanggar pembatasan pakta.

Selain mengoperasikan sentrifugal IR-6 canggih di fasilitas Fordo dan memperkaya uranium hingga kemurnian 20 persen, negara ini juga mulai memproduksi uranium yang diperkaya 60 persen dalam jumlah yang lebih kecil.

Namun, Iran terus mengizinkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memantau program nuklirnya dan mengatakan langkah-langkah itu mudah dibatalkan.

AS dan Iran telah melanjutkan pembicaraan di Viena untuk mencegah runtuhnya kesepakatan nuklir, dengan para pejabat membahas kemungkinan kembalinya AS ke JPCOA.

Joe Biden mengatakan dia bersedia mencabut sanksi terhadap Iran jika itu membalikkan pelanggaran pakta tersebut.

Baca Juga: Sudah Menginfeksi Ratusan Orang di Afrika Selatan dan Eropa, Rupanya Inilah Gejala Virus Corona Varian Omicorn dan Mengapa Dianggap Berbeda dari Varian Delta