Penulis
Intisari - Online.com -Tel Aviv diyakini memiliki kelebihan 300 senjata nuklir, menurut laporan intelijen, tapi Israel tidak mengkonfirmasi ataupun menyangkalnya.
Berbicara dengan media di Teheran, kepala International Atomic Energy Agency (IAEA) Rafael Grossi mengatakan: "Kami yakin jika semua negara seharusnya mendaftar pada Perjanjian Non-Proliferasi," merujuk pada fakta jika Israel sejauh ini menolak menandatangani perjanjian tersebut seperti mengutip Express.
Kepala badan nuklir melanjutkan: "Hal ini merupakan yang sangat penting. Konferensi Umum IAEA telah menyetujui beberapa resolusi bersikeras jika semua negara di dunia mengikuti kesepakatan ini, yang kami yakini sangatlah penting."
Iran, yang merupakan subyek dari sanksi atas program nuklir mereka sendiri, menandatangani perjanjian pada 1968.
Israel telah melobi Iran dalam beberapa bulan dengan diplomat senior segera berkumpul dalam konvensi di Wina untuk melanjutkan Perjanjian Nuklir Iran, yang dikenal juga sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Amerika Serikat (AS), sekutu kunci untuk Tel Aviv, menarik dari perjanjian aslinya tahun 2016 ketika Donald Trump memberikan perintah eksekutif menyatakan jika: "Ini adalah perjanjian satu pihak yang seharusnya tidak pernah dibuat."
Presiden AS saat ini, Joe Biden, telah mengekspresikan kepentingan untuk kembali ke perjanjian tersebut, yang akan melihat semua sanksi diangkat dari Teheran.
Negara-negara regional telah menyatakan jika perlombaan senjata akan muncul jika Iran membuat senjata-senjata nuklir, dengan Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir kemungkinan besar mengikuti tren tersebut.
Israel telah normalisasi hubungan dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab baru-baru ini, dan banyak yang yakin jika mereka akan melakukan hal ini dengan Arab Saudi dalam waktu dekat.
Minggu ini, pakar keamanan Israel menyatakan semua pilihan tersedia untuk mencegah Iran mendapatkan sebuah senjata nuklir.
Beberapa laporan oleh analis Israel mengatakan Teheran hanya kurang 5 tahun saja dari negara berkemampuan nuklir.
Iran telah menyatakan senjata nuklir terlarang dalam ajaran agama, disampaikan oleh Pemimpin Agung, Ayatollah Seyed Ali Khamenei.
Ketegangan telah meningkat antara Iran dan Israel beberapa kali dalam apa yang disebut pakar keamanan sebagai perang bayangan.
Baik kapal Israel dan Iran telah melaksanakan ledakan mencurigakan dan serangan di Teluk Persia dan Laut Merah.
Kedua belah pihak menyangkal tahunya mereka mengenai bagaimana kejadian itu terjadi.
Israel juga diyakini menjadi dalang di balik beberapa ledakan di dalam fasilitas nuklir Iran, serta juga pembunuhan beberapa ilmuwan nuklir Iran, sesuatu yang disampaikan mantan kepala Mossad Yossi Cohen dalam pidato pensiunnya.
Ketika ditanya mengenai apakah Israel menggunakan taktik seperti itu di tanah Iran, Grossi mengatakan: "Penggunaan kekerasan sangatlah dikecam," ketika berbicara dalam wawancaranya dengan saluran berita bahasa Inggris di Iran, Press TV.
Iran juga menuding Israel dan AS atas apa yang disebut virus Stuxnet yang menarget fasilitas sentrifugal segienam untuk uranium Iran di sekitar negara tersebut.
Dengan tekanan pada Israel untuk menyatakan simpanan senjata nuklir mereka dalam bahasa yang transparan, kepala IAEA telah "berulang kali menyetujui resolusi mengajak Israel bersama yang lainnya untuk menjadi bagian dalam Kerjasama Non-Proliferasi.
Baru-baru ini mengunjungi Iran, kepala badan pengawasan nuklir itu bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran dan menyatakan: "Hubungan antara agensi dan Iran adalah hubungan permanen dan berlanjut."
Pembicaraan nuklir antara Iran dan P4+1 akan dilanjutkan di Wina pada 29 November.