Find Us On Social Media :

Pantesan Pasukan Mongol dengan Mudah Ditaklukkan, Terkuak Siasat Cerdik Raden Wijaya Gunakan Iming-iming Wanita Cantik Sukses Kadali Pasukan Mongol, Begini Kisahnya

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 19 November 2021 | 16:47 WIB

Pasukan Mongol dengan Mudah Ditaklukkan Raden Wijaya

Intisari-Online.com - Kerajaan Majapahit berdiri pada akhir abad ke-13.

Kerajaan Hindu-Buddha ini mengalami masa kejayaan pada abad ke-14.

Raja pertama adalah Raden Wijaya.

Dia dinobatkan menjadi raja pada tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka, atau bertepatan dengan tanggal 10 November 1293.

Raden Wijaya, sang pendiri Kerajaan Majapahit, bergelar Sri Maharaja Kertarajasa Jayawardhana.

Baca Juga: Tewas dalam Perlawanan Melawan Majapahit di Perang Bubat, Kematian Sosok Raja Sunda Galuh Ayah Dyah Pitaloka Ini Justru 'Melahirkan' Raja Terbesar Pajajaran yang 'Bertahan' Tiga Generasi

Masa pemerintahan Raden Wijaya berlangsung selama 16 tahun, yakni pada 1293 Masehi hingga 1309 Masehi.

Keruntuhan Kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada abad ke-16.

Sejarah berdirinya Kerajaan Majapahit bermula dari permohonan Raden Jayawijaya kepada Jayakatwang untuk membuka hutan di daerah Tarik.

Jayakatwang merupakan raja Kerajaan Gelanggelang.

Ia adalah sosok yang berpengaruh terhadap keruntuhan Kerajaan Singasari.

Baca Juga: Berhasil Kalahkan Buaya yang Kemudian Jadi ‘Pengawal’ Perjalanan ke Demak, Inilah Jaka Tingkir, Murid Sunan Kalijaga, Pendiri Sekaligus Raja Terhebat Kerajaan Pajang

Kertanegara, pemimpin Singasari yang juga mertua Raden Jayawijaya, gugur akibat serbuan tentara Gelanggelang yang dikirim Jayakatwang. Istana Singasari pun telah diduduki.

Hal tersebut membuat Raden Wijaya bersama istrinya dan sejumlah pasukan yang tersisa, meninggalkan Singasari untuk menuju Madura. Mereka hendak menemui Adipati Wiraraja.

Mengutip buku “Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit”, karya Prof. Dr. Slamet Muljana (2005), Wirajaya menyarankan Raden Wijaya agar menyerahkan diri kepada Jayakatwang.

Wirajaya jugalah yang mengusulkan kepada Raden Wijaya untuk membuka hutan di daerah Tarik.

Baca Juga: Fakta Unik Buah Maja, Buah yang Konon Jadi Asal-usul Nama Kerajaan Majapahit

Raden Wijaya menuruti perkataan Wirajaya.

Ketika mengabdi kepada Jayakatwang, Raden Wijaya mengusulkan untuk membuka hutan Tarik sebagai tempat berburu Raja Jayakatwang.

Hutan itu pun diubah menjadi hunian sekaligus tempat untuk membanguan kekuatan.

Tempat tersebut kemudian dinamakan Majapahit atau Wilwatikta.

Menipu Pasukan Mongol

Kira-kira 10 bulan setelah pendirian Desa Majapahit, datanglah pasukan besar Mongol Tar Tar pimpinan Jendral Shih Pi yang mendarat di pelabuhan Tuban.

Baca Juga: Inilah Kala Gemet, Raja Majapahit yang Dibenci hingga Pernah Mengurung 2 Saudarinya Hanya Karena Ingin Menikahi Keduanya

Adipati Arya Wiraraja kemudian menasehati Raden Wijaya untuk mengirim utusan dan bekerja sama dengan pasukan Mongol.

Raden Wijaya menawarkan bantuan dengan iming-iming harta rampasan perang dan putri-putri Jawa yang cantik.

Setelah dicapai, maka diseranglah Prabu Jayakatwang di Kediri yang kemudian dapat ditaklukkan dalam waktu yang kurang dari sebulan.

Setelah kekalahan Kediri, Jendral Shih Pi meminta janji putri-putri Jawa tersebut.

Baca Juga: Di Masa Majapahit Juga Sudah Dikenal Transmigrasi Bahkan Sampai ke Papua Sana, Ini Buktinya

Namun dengan kecerdikan Adipati Arya Wiraraja utusan Mongol dibawah pimpinan Jendral Kau Tsing diminta menjemput para putri tersebut di Desa Majapahit tanpa membawa senjata.

Hal dikarenakan permohonan para putri yang dijanjikan yang masih trauma dengan senjata dan peperangan yang sering kali terjadi.

Setelah pasukan Mongol Tar Tar masuk Desa Majapahit tanpa senjata, tiba-tiba gerbang desa ditutup dan pasukan Ronggolawe maupun Mpu Sora bertugas membantainya.

Hal ini diikuti oleh pengusiran pasukan Mongol Tar Tar baik di pelabuhan Ujung Galuh (Surabya) maupun di Kediri oleh pasukan Madura dan laskar Majapahit.

Dalam catatan sejarah, kekalahan pasukan Mongol Tar Tar ini merupakan kekalahan yang paling memalukan karena pasukan besar ini harus lari tercerai berai.

(*)