Juga dikisahkan dalam perjalanan menuju ke Kerajaan Demak, alat transportasi yang dipergunakan adalah getek (rakit bambu) melalui sungai.
Di Kedung Srengenge (kedung adalah bagian sungai yang dalam) Jaka Tingkir diserang oleh segerombolan buaya.
Jaka Tingkir, karena jagoan, berhasil mengalahkan buaya-buaya tersebut dan melanjutkan perjalanan ke Demak dengan dikawal oleh buaya-buaya di sebelah kiri, kanan depan, dan belakang, sebanyak masing-masing 40 ekor.
Sesampainya di Demak, Jaka Tingkir berhasil menarik simpati raja Demak, Sultan Trenggana, sehingga dia diangkat menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama.
Meskipun tidak diceritakan secara jelas dalam Babad Tanah Jawi, namun prestasi Jaka Tingkir sangat cemerlang, hingga kemudian dia diangkat sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati Adiwijaya.
Jaka Tingkir juga menikahi Ratu Mas Cempaka, putri Sultan Trenggana.
Sepeninggal Sultan Trenggana tahun 1546, seharusnya puteranya yang bergelar Sunan Prawoto naik takhta, namun dibunuh oleh Arya Penangsang (sepupunya di Jipang) tahun 1549.
Arya Penangsang juga mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di Pajang, tetapi gagal.
Adiwijaya justru menjamu mereka dengan baik, serta memberi hadiah untuk mempermalukan Arya Penangsang.