Dengan melibatkan buah maja dalam prosesi pernikahan, maka sang gadis dianggap menikah dengan Hyang Syiwa, bukan dengan suaminya.
Ritual tersebut bertujuan untuk memperoleh kesuburan (keturunan) dari Hyang Syiwa.
Selain itu, apabila sang suami meninggal, perempuan yang menikah tersebut dianggap tidak perlu malu berstatus janda, sebab ia tetap menjadi istri Hyang Syiwa.
Seperti itulah makna buah maja dalam ritual upacara perkawinan di Nepal.
Bukan hanya di Nepal, buah maja juga dianggap sakral di Pakistan, India, Srilanka, dan Bangladesh.
Buah ini punya peran penting dalam budaya masyarakat setempat.
Di masyarakat wilayah Asia Selatan itu, daging buah maja biasa dikonsumsi baik dalam keadaan segar maupun sudah dikeringkan.
Daging buahnya bisa dijadikan jus atau sharbat.