Penulis
Intisari - Online.com -Sebagai kerjaaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia, Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang luas di Nusantara.
Kitab Negarakertagama menyebut kekuasaan Majapahit terbentang dari Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Filipina (Kepulauan Sulu, Manila), Sulawesi, Papua dan lainnya.
Total ada 11 raja yang memimpin Majapahit, mulai dari Raden Wijaya sebagai pendiri Majapahit dan sampai pada Brawijaya, serta Hayam Wuruk sebagai raja paling hebat.
Ibu kota Majapahit sendiri disebut-sebut ada di beberapa tempat, Raden Wijaya memilih wilayah Mojokerto sebagai ibu kota, sedangkan Raja Girishawardhana memilih Kediri.
Namun ada satu ibu kota Majapahit yang jarang disebut sejak berdiri sampai runtuhnya Majapahit akibat berdirinya Kesultanan Demak.
Ialah Trowulan, yang menjadi ibu kota Majapahit di masa Jayanegara.
Mengutip National Geographic Indonesia, Trowulan adalah metropolitan Majapahit.
Hal itu disampaikan Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia, Mundardjito.
Mundardjito awalnya tidak yakin jika Trowulan memang benar ibu kota Majapahit, sampai ia temukan berbagai temuan dan bukti yang membuatnya takjub.
Trowulan menjadi satu-satunya kawasan kuno yang memiliki keragaman temuan dan teknologi masyarakatnya.
“Berarti inilah ibunya, yang lain anaknya,” ujar Mundardjito terkekeh dikutip dari National Geographic Indonesia.
Temuan itu adalah kanal-kanal yang dipakai masyarakat beradaptasi terhadap musim dan sifatnya ekologis.
Warga Trowulan berhasil mengalirkan air limpahan dari kota ke kanal-kanal tersebut sehingga ketika musim hujan air tanah selalu tersedia dan sumur-sumur warga tidak pernah kering.
“Tidak seperti Jakarta, kanal barat dan kanal timur tidak dipertemukan sehingga limpahannya sampai ke tempat Presiden,” ujar Mundardjito.
“Tetapi, masalah limpahan air di Majapahit tidak sampai ke tempat Raja karena kanal-kanal tersebar merata di daerah permukiman.”
Majapahit juga tercatat merevitalisasi enam danau alam yang disulap menjadi waduk untuk mengairi sawah-sawah wilayah mereka.
Jaringan kanal di Majapahit bertautan dengan waduk, sungai, curah hujan, kolam, serta drainase.
Akhirnya terbentuk sistem drainase yang baik dan saluran-saluran air di bawah permukaan tanah.
“Itu suatu sistem yang sangat luar biasa,” ungkap Mundardjito. “Jangan dilihat kanal sebagi satu hal saja!”
Tidak hanya itu, ditemukan juga kepadatan temuan tembikar dan keramik asing di kawasan dalam jaringan kanal-kanal.
Temuan arkeologi ini sangat banyak dan karya ukirannya sangat indah menunjukkan kecanggihan hidup perkotaan.
Hasil karya itu didgua Mundardjito dilindungi dan dipelihara raja.
“Tidak pernah kita menemukan dalam situs lain dengan kualitas dan jumlah yang luar biasa” ungkap Mundardjito dengan bergelora. “Nah, itu menandakan Ibu kota!” “Penanda sebuah kota yang besar itu harus ada monumental works,” ungkap Mundardjito.
Trowulan pun masih memiliki sisa-sisa bangunan bekas permukiman dan bukti bangunan monumental lainnya, contohnya kompleks candi Hindu dan Buddha di sisi utara, sistem jaringan kanal dan waduk, gapura-gapura, serta kolam buatan berukuran raksasa.
“Tetapi, jika ini hancur semua, kita hanya punya cerita tidak punya bukti,” dia berhenti sesaat lalu berkata, “itu namanya negara dongeng.”
Trowulan menjadi situs bersejarah penting karena menjadi satu-satunya kota kuno yang tertinggal dari era kerajaan Hindu-Buddha masih berdiri.
Ibu kota berbagai kerajaan lain seperti Kutai Kartanegara, Tarumanegara, Mataram Kuno, Sriwijaya, Kediri, Singasari, sudah tidak menyisakan kota kuno.
Saat ini, di kecamatan Trowulan ada puluhan situs seluas hampir 100 kilometer persegi berupa bangunan, temuan arca, gerabah serta pemakaman peninggalan Kerajaan Majapahit.
Bukti Trowulan menjadi pusat kerajaan tertulis pada kitab Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca serta sebuah sumber China dari abad ke-15.
Trowulan dihancurkan di tahun 1478 ketika Raja Girindrawardhana berhasil mengalahkan Kertabumi, dan ibu kota Majapahit berpindah ke Daha.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini