Find Us On Social Media :

Firaun Shishak: Bertolak Belakang dari yang Diketahui, Benarkah Sebenarnya Kerajaan Israel Kuno Justru Didirikan oleh Seorang Firaun?

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 8 November 2021 | 14:56 WIB

(Ilustrasi) Firaun Mesir Kuno

Kampanye militer Sheshonq di Levant pada pertengahan abad ke-10 SM adalah salah satu catatan alkitabiah paling awal yang sebagian dapat dikuatkan melalui sumber-sumber eksternal.

Dan signifikansi kampanye Mesir untuk sejarah Ibrani kuno mungkin lebih besar daripada yang Alkitab katakan, menurut teori Israel Finkelstein dari Universitas Tel Aviv, salah satu arkeolog Alkitab terkemuka Israel.

“Hampir tidak ada referensi sejarah ekstra-alkitabiah untuk Levant antara abad ke-12 dan keterlibatan Asyur pada abad ke-9,” Finkelstein mengatakan kepada Haaretz.

“Untuk abad ke-10 satu-satunya informasi ekstra-alkitabiah yang relatif rinci adalah bukti dari kampanye Sheshonq.”

Menjadikan Mesir Hebat Lagi

Alkitab mengatakan bahwa pada tahun kelima pemerintahan Rehoboam (sekitar 925 SM), seorang firaun bernama Shisyak menyerang Yerusalem.

Dia menjarah kota dan “merampas harta benda rumah Tuhan dan harta benda istana raja; dia mengambil semuanya.” (1 Raja 14:25-26)

Baca Juga: Tak Peduli Sekutu Sendiri, AS Masukkan 2 Perusahaan Israel Ini ke Dalam Daftar Hitam, Memangnya Apa yang Dilakukan Perusahaan Tersebut?

Para arkeolog telah mengetahui selama beberapa abad bahwa setidaknya ada beberapa kebenaran sejarah di balik kisah alkitabiah, karena Sheshonq mencatat eksploitasi kampanyenya di Kanaan di dinding kuil Amun di Karnak di Mesir Hulu.

Kembali pada tahun 1926, para arkeolog juga menemukan cartouche Sheshonq yang diukir pada balok batu di Megiddo, di Israel utara saat ini.

Hal itu membuktikan bahwa firaun telah aktif tinggal di wilayah tersebut.

Finkelstein, serta para cendekiawan lainnya, menduga bahwa para penulis Alkitab menggunakan ingatan penyerangan Sheshonq untuk membangun sebuah perumpamaan tentang dosa Salomo dan Rehoboam, dan hukuman berikutnya yang dijatuhkan oleh Tuhan melalui firaun.

“Penjarahan kuil adalah sebuah kiasan yang beberapa kali dalam teks Alkitab dianggap bentuk hukuman,” kata Finkelstein.

Namun, sementara Alkitab bisa dibilang menyoroti nasib Yerusalem.

Catatan arkeologi menunjukkan bahwa kampanye Sheshonq jauh lebih signifikan daripada sekadar menjarah ibu kota Yehuda.

Prasasti di kuil Karnak mencantumkan lusinan kota yang ditaklukkan Sheshonq di Kanaan – tetapi Yerusalem dan lokasi penting lainnya di Yehuda tidak termasuk dalam daftar.

Baca Juga: Bukan Amerika Serikat, Malah Negara yang Pernah Hampir Libatkan Eropa dalam Perang Ini yang Jadi Negara Pertama Ajak Iran Berperang, Seluruh Dunia Kalang Kabut!

Mungkin ini karena beberapa nama dalam daftar telah hilang, atau mungkin menandakan bahwa Yerusalem dan sekitarnya tidak menarik bagi firaun Shishak.

Bagaimanapun, teks di Karnak – dan cartouche yang ditemukan di Megiddo – menunjukkan bahwa kampanye tersebut bukanlah serangan.

Namun, upaya untuk memulihkan hegemoni Mesir atas Kanaan dan wilayah lain yang telah diperintah oleh para firaun selama periode Kerajaan Baru periode (abad ke-15 SM hingga abad ke-12 SM).

“Kekaisaran tidak menyerang. Mesir tidak menyerang,” kata Finkelstein.

“Bagi Shishak ini adalah memulihkan kerajaan besar Mesir di Kanaan.”

Shishak dan penerusnya di dinasti ke-22 menyatukan Mesir setelah periode panjang perpecahan dan pertikaian yang menyertai akhir Zaman Perunggu.

Dengan latar belakang tata negara inilah terdapat keterlibatan Shishak dalam membentuk Israel awal.

Di zaman kuno, itu adalah praktik umum bagi para pembangun kerajaan, termasuk para firaun, untuk menaklukkan suatu wilayah dan mengganti dinasti yang berkuasa dengan seorang pemimpin lokal yang akan bertindak sebagai raja bawahan.

Ini hanya teori, tetapi Finkelstein mengatakan ada beberapa petunjuk bahwa kelahiran Kerajaan Israel utara mungkin hasil dari pengaturan politik yang dilakukan Shisak setelah kampanyenya.

(*)