Ia awalnya dicurigai memalsukan cerita kudeta untuk menyingkirkan musuh politiknya dan meraih kontrol atas konsesi Tsimiroro sebesar 2 miliar barel yang dimiliki oleh Madagascar Oil, perusahaan milik Njoo.
Benchmark Group milik Njoo di Singapura, pemegang saham besar dari Madagascar Oil, bersikeras jika sementara mereka memang menerima e-mail dari Rafanoharana, penasihat keamanan firma, untuk mengamankan 10 juta euro guna "tujuan destabilisasi politik," mereka tidak mengabulkan permintaan tersebut.
Polisi mengklaim mereka telah temukan pesan yang dihapus di komputer Rafanoharana yang mengecam Rajoelina untuk aksinya menyedot dari negara miskin dan menunjukkan jika mencopotnya akan membebaskan Madagascar Oil dari berbagai tantangan birokrasi.
Pengamat menggarisbawahi jika Njoo sedang dalam investigasi atas plot kudeta, maka penyelidikannya belum mencapai tahap di mana badan penegakan hukum telah bertanya pada Interpol, organisasi polisi internasional, untuk memberikannya Red Notice.
Ia bukan salah satu dari 7.580 buronan internasional.
Njoo adalah pebisnis menjanjikan di komunitas pebisnis Jakarta selama hari-hari terakhir Presiden Soeharto.
Namun ia tidak berkomentar lebih jauh terkait Madagascar Oil dan Benchmark.
Ia juga tidak berbicara langsung kepada media atas tuduhan itu.