Penelitian terbaru berfokus pada mumi dari kompleks makam Xiaohe di tepi timur Gurun Taklamakan.
Sisa-sisa mumi alami, dikeringkan oleh gurun, dianggap oleh beberapa antropolog memiliki fitur wajah non-Asia, dan beberapa tampaknya memiliki rambut merah atau pirang.
Mereka juga mengenakan pakaian wol, kain kempa, dan kulit yang tidak biasa di wilayah tersebut.
Budaya Tarim juga khas. Orang-orang sering menguburkan jenazah mereka di peti kayu berbentuk perahu dan menandai pemakaman dengan tiang tegak dan penanda berbentuk dayung.
Beberapa orang dikubur dengan potongan keju di leher mereka - mungkin sebagai makanan untuk kehidupan setelah kematian.
Rincian ini menunjukkan kepada beberapa arkeolog bahwa orang Tarim tidak berasal dari wilayah tersebut melainkan keturunan orang Indo-Eropa yang telah bermigrasi ke sana dari tempat lain — mungkin Siberia selatan atau pegunungan Asia Tengah.
Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa orang Tarim berbicara dalam bentuk awal Tocharian, bahasa Indo-Eropa yang punah yang digunakan di bagian utara wilayah tersebut setelah 400 M.