Penulis
Intisari - Online.com -Belakangan ini ramai masalah anak yang menitipkan orangtuanya ke panti jompo atau panti khusus lansia.
Kasus ini dialami keluarga Trimah (69) yang terdiri dari ketiga anak dan viral di media sosial.
Hal ini karena panti jompo tempat mereka menitipkan orangtuanya, Griya Lansia Husnul Khatimah, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang itu membocorkan surat perjanjian mereka dengan ketiga anak Trimah.
Trimah adalah warga Magelang, Jawa Tengah.
Ia memiliki tiga anak, dua perempuan dan satu laki-laki.
Dua anaknya tinggal di Jakarta, dan satu anak perempuannya tinggal di Pekalongan, Jawa Tengah, yang merupakan anak terakhir.
Ia sempat tinggal bersama anak bungsunya itu, tapi tidak betah.
Kemudian ia pindah ke anaknya yang tinggal di Jakarta, di Jakarta, suami anak pertamanya bekerja sebagai tukang ojek, sedangkan anak laki-lakinya bekerja sebagai buruh sopir di Jakarta.
Namun anak laki-lakinya terkena PHK akibat pandemi Covid-19.
Untuk suami anak bungsunya di Pekalongan bekerja sebagai sopir.
Tidak ada yang membuatnya betah tinggal bersama anak-anaknya.
Kemudian setelah tinggal di Griya Lansia Husnul Khatimah, Trimah mengaku sudah betah dan tidak akan mau dijemput meskipun anaknya menjemputnya.
"Tidak mau udahan. Di sini saja ada yang merawat daripada disia-siakan," kata dia.
Penanggung jawab Griya Lansia Husnul Khatimah, Nur Hadi Rahmat, mengatakan, jumlah penghuni di panti tersebut sebanyak 58 orang.
Dari jumlah itu, tiga orang yang merupakan titipan dari anaknya, yakni Trimah, Sutiyo asal Jombang, dan Martiin asal Sidoarjo.
"Tiga orang yang dititipkan oleh anaknya. Sisanya diantar relawan-relawan kita dan diantar Dinsos," kata dia.
Kasus ini membuat ketiga anak Trimah dihujat di media sosial karena dianggap tidak membalas kebaikan orangtuanya.
Padahal, kebanyakan anak yang memasukkan orangtuanya ke panti jompo harus merogoh kocek yang dalam agar orangtuanya bisa dirawat dengan baik di fasilitas tersebut.
Pertimbangan selanjutnya adalah kesadaran bahwa sebagai anak mereka tidak mampu merawat orangtua dengan baik, sedangkan di panti jompo orangtua mereka bisa hidup lebih teratur, aktif, serta bisa bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Dan jangan kira biaya memasukkan orangtua ke panti jompo itu murah, malah justru biayanya lebih mahal daripada merawat sendiri.
Bahkan ada yang biayanya tembus Rp 1,8 M seperti yang berdiri di Cikarang ini.
Didirikan oleh PT Jababeka Tbk, sebuah perusahaan di bidang properti, yang menggaet Long Life Holding Co. Ltd, yaitu perusahaan swasta penyedia layanan bagi lansia di Jepang.
Persinggahan bernama Senior Living @ D'Khayangan ini ternyata diperuntukkan bagi mereka para lansia yang berasal dari ekonomi menengah ke atas.
Biaya keanggotaan untuk tempat tinggal tipe apartemen ini sebesar Rp 1,8 M seumur hidup, sedangkan untuk tipe villa biaya keanggotannya lebih dari Rp 2 M seumur hidup.
Namun fasilitasnya lengkap meliputi biaya makan dan keperluan sehari-hari bagi para lansia contohnya biaya kesehatan, biaya perawatan oleh para care giver, serta biaya traveling Jakarta dan Bandung.
"Mahal? Ini untuk seumur hidup sudah termasuk dengan semuanya, kecuali asuransi kesehatan dan biaya rawat inap. Sekarang bayangkan jika saya punya rumah di Pondok Indah, kemudian memasuki masa tua, saya jual rumah itu dengan harga Rp 3 M, kemudian saya masuk ke Senior Living untuk seumur hidup dengan biaya Rp 1,8 M, sisanya saya bisa gunakan untuk deposito atau biaya jalan-jalan," kata S.D Darmono, Presiden Direktur PT Jababeka Tbk, Selasa (23/9/2014) pagi.
Marlin Marpaung, Media Director PT. Jababeka Longlife City, menyebut jika biaya yang dibayarkan itu merupakan biaya keanggotaan.
Itu artinya para lansia tidak diizinkan memiliki apartemen ataupun villa, dan biaya tersebut digunakan untuk seumur hidup dan ketika yang bersangkutan meninggal dunia, maka biaya tidak akan dikembalikan kepada ahli waris.
Walaupun mahal, ternyata banyak lansia yang menempati fasilitas tersebut, tahun 2014 lalu ada 7 orang dari jumlah ruangan yang siap digunakan 10 ruangan.
Perlu diingat kenapa biaya keanggotaan di panti jompo mahal karena saat seseorang memasuki tahap lansia maka kebutuhan kesehatannya akan meningkat, hal itu diatasi dengan kunjungan rutin care giver dan pengaturan pola makan dan hidup yang sehat dari panti jompo yang memberi fasilitas perawatan dan tempat tinggal.
Hal tersebut justru lebih membantu orangtua yang sudah usia lanjut untuk bisa tetap hidup bugar di usia senja, tetapi panti jompo diidentikkan dengan stigma anak yang tidak mempedulikan orangtuanya sendiri.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini