Penulis
Intisari-online.com -Desa Kutet, yang terletak di wilayah barat Timor Leste, masih sulit dijangkau oleh para pendatang, yang sampai harus lewati hutan untuk mencapai pantainya.
Namun di desa terpencil ini ada sejarah dalam mengenai politik antar suku dan juga roh-roh kepercayaan di Timor Leste.
Ada penampungan untuk anak perempuan dan laki-laki di pusat Kutet yang bertahun-tahun dijalankan oleh pastor Katolik AS dan pejuang kemerdekaan Timor Leste, Richard Daschbach.
Di sana, pengunjung melihat suasana tenang dengan anak-anak kecil bermain kelereng, lompat tali atau berlari-lari dengan senang.
Baca Juga: Sektor Minyak Sumbang 80 Persen PDB Negara Timor Leste, Sisanya Berasal dari Mana?
Itulah penampungan Topu Hanis yang ia bangun tahun 1991 bersama penampungan lain di pantai Mahata, banyak anak kecil mengaku Daschbach memiliki kemampuan sihir.
"Semua yang kami ajak bicara mengatakan ia seperti Mama Teresa," ujar Tony Hamilton, pemilik bisnis keluarga di Brisbane yang menyokong penampungan tersebut, dikutip dari Sydney Morning Herald.
Namun hal itu hanya ilusi saja.
Daschbach yang sudah berumur 84 tahun didakwa atas kejahatan pelecehan seksual kepada gadis-gadis di bawah umur di penampungan tersebut.
Ia akan menempelkan nama para gadis di pintu kamarnya untuk menentukan siapa yang akan ia lecehkan setelah doa malam.
Ada seorang ibu dua anak putri mengatakan kepada media bahasa Portugis Lusa ia pingsan saat tau anaknya sudah dilecehkan.
"Anak-anakku mengatakan itu sudah pernah terjadi kepada siapa saja. Namun tidak ada yang bilang apapun," ujarnya.
Skandal dalam skala besar dlam negara yang hampir semuanya beragama Katolik, pengamat yakin ini menjadi titik puncak bagi korban pelecehan lain untuk membuka cerita mereka.
Namun sidang dengar 5 hari di Oecusse yang disebut mulai hari Senin ini terganggu oleh politik dan hendak dibatalkan oleh gereja di Timor Leste itu sendiri.
Selain jaksa penuntut sudah diganti dua kali, juga ada penundaan sidang tiga kali, sebelumnya malah sebulan ketika Daschbach yang menjadi tahanan rumah di Dili gagal hadir karena takut wabah Covid-19.
Hamilton yang terbang ke Dili dengan sesama pendonor Australia Jan McColl saat mereka dikabari tentang pelecehan itu pada Maret 2018, telah mencari keadilan bagi 15 penuntut dan lebih yang belum mengungkapkan kejadian mengerikan itu.
Hal itu menuntunnya pada perjalanannya ke Roma, menuju kantor Society of the Divine Word, yang merupakan pangkalan misionaris gereja terbesar.
Baca Juga: Peradaban Timor Leste Dimulai Ribuan Tahun yang Lalu, Inilah Suku-suku yang Mendiami Timor Lorosae
Daschbach menulis surat kepada pangkalan tersebut mengatakan "korban dapat siapa saja dari tahun 2012 mundur ke 1991, yang sangat lama".
Ratusan gadis sudah tinggal di penampungan itu dan sebelum dibuka Daschbach sudah ada di Timor Leste sejak 1960-an.
"Tidak mungkin bagiku mengingat wajah mereka, lebih-lebih nama," tulis pastor di surat tertanggal 15 Maret 2018 itu.
"Aku akan sepenuhnya mematuhi sanksi yang akan diterapkan."
Hamilton dan McColl mengatakan Daschbach mengakui pelecehan itu ketika mereka mengkonfrontasinya di Dili.
"Ia hanya mengakui semuanya… ia mengatakan 'ini adalah diriku, aku sudah seperti ini sedari dulu," ujar Hamilton.
"Ia menceritakan rincian bagaimana ia tidur dengan gadis-gadis itu, aku mual, aku langsung pergi," ujar Hamilton yang perusahaannya sudah mengucurkan dana ke penampungan sejak 2014.
Ia sudah ditangkap, tapi sidang Daschbach terbukti lebih sulit.
Hal ini karena ada dukungan internasional.
Di antaranya adalah Gereja Katolik.
Komisi Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Agung Metropolitan Dili mengajukan laporan tahun lalu yang membantah klaim terhadap Daschbach.
Mereka juga menyebutkan nama para korban dan menuduh bahwa LSM dan pendukung yang telah membantu gadis-gadis itu terlibat dalam kejahatan terorganisir, perdagangan manusia, dan eksploitasi anak-anak dengan memeriksakan mereka secara medis dan mengatakan bahwa mereka bersalah atas “kejahatan mafia keadilan”.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini