Find Us On Social Media :

Kisah Jack the Ripper: 120 Tahun Jadi Topik Berita, Kemahsyuran Pembunuh Misterius Abad ke-19 Ini Masih Melegenda, Siapakah Dia?

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 29 Oktober 2021 | 16:06 WIB

(Ilustrasi) Jack the Ripper Pembunuh Misterius Abad ke-19

Pelacuran adalah ilegal di Inggris, karena praktiknya menyebabkan gangguan publik.

Namun, ribuan rumah bordil serta rumah penginapan sewaan menyediakan layanan seksual selama akhir abad ke-19.

Sehingga saat itu, kematian atau pembunuhan seorang gadis pekerja seksual jarang dilaporkan di media atau dibahas dalam masyarakat yang santun.

Kenyataannya adalah bahwa "nona-nona malam" menjadi sasaran serangan fisik, yang terkadang mengakibatkan kematian.

 

Namun, rangkaian pembunuhan yang dimulai pada Agustus 1888 lain dari kejahatan kekerasan lainnya pada masa itu.

Ditandai dengan pembantaian yang sadis, mereka menunjukkan pikiran yang lebih sosiopat dan penuh kebencian dari pada yang bisa dipahami oleh kebanyakan warga.

Jack the Ripper tidak hanya menghabisi nyawa dengan pisau, dia juga memutilasi dan mengeluarkan isi perut, organ seperti ginjal dan rahim.

Lebih jauh, kejahatannya seolah menggambarkan kebencian bagi kaum wanita.

Baca Juga: Kisah Janissari Utsmaniyah yang Begitu Ditakuti, Nekat Gunakan Gigi sebagai Ganti Peluru untuk Menyerang Prajurit Turki

Warisan Jack the Ripper

Pembunuhan Jack the Ripper tiba-tiba berhenti pada musim gugur 1888, tetapi warga London terus menuntut jawaban dari penyelidikan polisi, yang tidak kunjung membuahkan hasil, bahkan lebih dari seabad kemudian.

Kasus pembunuhan Jack the Ripper menemui sejumlah kendala, termasuk kurangnya bukti, berbagai informasi yang salah, kesaksian palsu, dan peraturan ketat oleh Scotland Yard.

Banyak industri penerbitan buku, film, serial TV, dan tur sejarah, yang kemudian mengangkat misteri kasus pembunuhan Jack the Ripper.

Sosok pembunuh misterius Jack the Ripper telah menjadi topik berita selama lebih dari 120 tahun, dan kemungkinan akan terus berlanjut hingga beberapa dekade mendatang.

Pada 2011, detektif Inggris Trevor Marriott, yang telah lama menyelidiki pembunuhan Jack the Ripper, menjadi berita utama ketika dia tidak diberi akses ke dokumen tanpa sensor seputar kasus tersebut oleh Polisi Metropolitan.

Menurut artikel ABC News 2011, petugas London telah menolak memberikan file tersebut kepada Marriott.

Hal itu lantaran berisi informasi yang dilindungi tentang informan polisi, dan bahwa menyerahkan dokumen tersebut dapat menghambat kemungkinan kesaksian di masa depan oleh informan zaman modern.

Baca Juga: Kisah Tragis Putri Ka'iulani Memperjuangkan Kerajaan Terakhir Hawaii, Kematiannya di Usia 23 Tahun Terasa Seperti Pukulan Palu Godam Bagi Semua Orang

(*)