Find Us On Social Media :

Tutankhamun: Putra Firaun 'Sesat' dari Mesir Kuno yang Punya Bentuk Kaki Tak Biasa, Rupanya Karena Perbuatan 'Nista' yang Umum Dilakukan Bangsawan Mesir Ini

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 18 Oktober 2021 | 19:27 WIB

Howard Carter dengan mumi Tutankhamun

Menurut Bryan, teknologi forensik di masa mendatang pada akhirnya akan menjadi lebih baik sehingga dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

“Saya memiliki keyakinan besar pada sains,” katanya.

Sementara itu, Rühli mengatakan bahwa yang diperlukan bukanlah teknologi baru yang canggih, tapi inspeksi lebih lanjut pada kerangka Raja Tut.

“Teknologi terbaru tidak dibutuhkan. Bagaimana pun juga, yang paling membantu adalah penyelidikan mendalam pada titik-titk cedera (kerangka kaki, lutut, wajah) pada mumi itu sendiri,” tuturnya.

Baca Juga: Salah Satu yang Tertua di Dunia, Alasan Pembuatannya Menjadi Misteri, Inilah Kapal Khufu yang Konon Merupakan 'Kendaraan' Firaun Melintasi Langit setelah Kematian

Teori Kecelakaan Kereta

Pada 2014, produser dokumenter televisi BBC, mengemukakan bahwa Raja Tut meninggal dalam kecelakaan kereta yang mematahkan kaki dan tulang panggulnya, serta menyebabkan infeksi dan keracunan darah.

 

Pendukung teori ini yakin Raja Tut mengendarai kereta kuda dengan kakinya yang cacat sehingga ada kemungkinan ia terjatuh dan mematahkan kakinya.

Meskipun cerita tersebut terdengar bagus, tapi tidak ada catatan mengenai insiden kecelakaan.

Faktanya, salah satu pengamat Mesir yang terlibat dalam acara televisi tersebut juga masih ragu mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

“Kami belum mengetahui dengan pasti bagaimana Tutankhamun meninggal,” ujar Christopher Naunton, pengamat Mesir dan mantan pemimpin Egypt Exploration Society.

Baca Juga: Meregang Nyawa di Tangan Negaranya Sendiri, Dulu Presiden Ini Disebut sebagai 'Firaun' yang Menjual Mesir kepada Israel, Namun Dunia Arab Sekarang Justru 'Jilat Ludah Sendiri'?

Naunton mengatakan, dokumenter BBC memulai dengan premis bahwa mumi tersebut menunjukkan bukti raja menderita luka parah pada sisi tubuh bagian kiri.

Kemudian, riset dari para pembuat film menunjukkan bahwa luka tersebut disebabkan oleh roda kereta kuda, tapi bukan karena jatuh dari sana.

Yang masih belum jelas, menurut Naunton, adalah apakah cedera itu sudah terjadi saat Raja Tut masih hidup atau setelah kematiannya––sebagai dampak dari sentuhan manusia yang menanganinya setelah mumi ditemukan oleh Howard Carter.

 

Sejarah yang terhapus

Tidak hanya kematiannya yang menjadi misteri, tapi juga kisah hidupnya.

Tutankhamun merupakan anak-anak laki dari Raja Mesir yang kontroversial, Akhenaten.

Salah satu kebijakan Akhenaten yang cukup kontorversial adalah memutuskan bahwa Mesir hanya menyembah dewa tunggal, Aten, dan bukannya banyak dewa.

Juga memindahkan ibukota dari Thebes ke Amarna.

Baca Juga: Melampaui Zamannya, Firaun Ramses II yang Konon Ditenggelamkan di Laut Merah oleh Nabi Musa Ini Ternyata Penguasa Pertama di Dunia yang Pelopori Perjanjian Damai

Menurut David P. Silverman, profesor ilmu pengetahuan Mesir, secara politik, sebenarnya kondisi kerajaan tersebut sangat lemah selama 13 tahun kepemimpinan Akhenaten.

Silverman mengatakan, Tut kemudian mengembalikan lagi tradisi menyembah dewa-dewa tua dan kuil-kuil mereka–menghapus perubahan yang dilakukan ayahnya dan mengembalikan stabilitas kerajaan.

Namun, penguasa selanjutnya seperti berusaha menghapus representasi ayah dan anak ini dari daftar raja-raja penting di Mesir.

Kuburan mereka dianggap hilang hingga ditemukan Carter pada awal abad ke-20.

“Mereka secara khusus mencoba menghilangkan memori keluarga tersebut dengan tidak memasukkan mereka dalam daftar raja.

Seolah-olah orang ini tidak pernah ada,” ungkap Silverman.

Meskipun kisah hidupnya terhapus, tapi soal kematiannya, Raja Tut menjadi firaun Mesir paling populer. Ia menjadi ikon populer dari peradaban Mesir Kuno setelah muminya ditemukan.

Baca Juga: Punya Sangkakala Legendaris dan Dikubur Tanpa Jantung Dalam Peti Mati Termahal di Dunia, Ini 8 Fakta Firaun Tutankhamun yang Termahsyur

(*)