Penulis
Intisari-Online.com - Baru-baru ini ketegangan China-Taiwan kembali meningkat dengan pernyataan Presiden China Xi Jinping terkait reunifikasi.
Dalam pidatonya pada Sabtu (9/10/2021), ketika memperingati 110 tahun Revolusi Xinhai (1911), Xi Jinping mengungkapkan keyakinannya bahwa penyatuan kembali China akan terwujud.
"Reunifikasi lengkap negara kita akan dan dapat direalisasikan," katanya seperti dikutip oleh kantor berita Xinhua.
Sehari setelah China membuat pernyataan itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menanggapinya dengan keras, mengatakan pemerintahannya tidak tunduk pada tekanan dari China dan akan terus memperkuat pertahanan pulau itu.
Taiwan akan “terus meningkatkan pertahanan nasional kami dan menunjukkan tekad kami untuk membela diri untuk memastikan bahwa tidak ada yang dapat memaksa Taiwan untuk mengambil jalan yang telah ditetapkan China untuk kami,” katanya.
Xi Jinping berbicara tentang penyatuan kembali China dalam nada yang lebih lembut dari sebelum-sebelumnya, tapi diketahui serangan China ke Taiwan sendiri masih terjadi belakangan ini.
Seperti serangan empat hari berturut-turut yang dilakukan angkatan udara China ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan mulai 1 Oktober, yang melibatkan hampir 150 pesawat.
Sementara China semakin bertekad merebut kembali Taiwan, AS yang merupakan pendukung Taiwan justru tengah disibukkan dengan aktivitas militernya di Suriah, ada apa?
Melansir 24h.com.vn (15/10/2021), diketahui sistem pertahanan udara dan rudal militer AS yang dikerahkan di wilayah Al-Tanf telah berada dalam siaga tertinggi.
Menurut para ahli, serangan terhadap pangkalan Israel dan Amerika bisa terjadi kapan saja dalam 24 jam ke depan.
Keadaan darurat diumumkan di fasilitas militer besar Amerika di Suriah setelah Suriah, Iran dan sejumlah kekuatan lain yang mendukung Damaskus dan Teheran mengkonfirmasi persiapan untuk menyerang pangkalan militer AS yang ada di Al-Tanfe itu.
Surat kabar Rusia Avia melaporkan bahwa, menurut data awal, serangan itu bisa saja dilakukan dari wilayah Iran dan dari wilayah Suriah sendiri.
Pasukan AS tidak akan menjadi satu-satunya target, Israel juga akan menjadi di wilayah yang terancam serangan.
Selain menyiagakan sistem pertahanan udara dan rudal, pesawat pengintai dan peringatan dini AS juga beroperasi terus-menerus di atas Suriah dan negara tetangga Irak.
Itu dilakukan dengan tujuan memperingatkan pasukan AS jika terjadi serangan mendadak. Situasi serupa juga diamati di perbatasan Israel-Suriah.
Para ahli memperhatikan niat yang sangat serius dari Suriah dan pasukan sekutunya untuk membalas terhadap negara-negara yang mengganggu mereka.
Sebelumnya pada Juni lalu, militer AS sendiri telah menyerang perbatasan Irak dan Suriah.
Militer AS melalui Pentagon mengumumkan, mereka menyerang perbatasan Irak dan Suriah atas perintah Presiden Joe Biden.
Kementerian Pertahanan AS menerangkan, mereka menyasar target yang diyakini dipakai milisi pendukung Iran.
Washington menyatakan, milisi pro-Teheran menggunakan fasilitas tersebut untuk meluncurkan drone dan mengancam warganya.
Juru bicara John Kirby mengatakan, mereka memilih target yang dipakai musuh meluncurkan pesawat tak berawak mereka.
Saat itu ia menegaskan, militer mengambil opsi serangan untuk meminimalkan risiko yang bakal dihadapi pasukannya.
Kementerian Pertahanan AS dalam pernyataannya tidak merinci apakah ada korban jiwa dalam serangan udara tersebut.
Tetapi, kantor berita Suriah SANA melaporkan, seorang anak terbunuh dalam serangan udara itu, dengan tiga warga lainnya terluka.
(*)