Penulis
Intisari - Online.com -Melonjaknya aktivitas militer China di Selat Taiwan mungkin telah mencuri perhatian semua media beberapa minggu ini.
Namun ada peningkatan militer lebih ngeri ribuan kilometer ke arah barat, di perbatasan China yang lain.
Tampaknya, ketegangan di perbatasan sebelah barat malah justru yang akan meledak lebih dahulu.
Hanya setahun yang lalu, pasukan India dan China bertempur dalam pertempuran tangan lawan tangan di Himalaya sepanjang garis perbatasan Line of Actual Control (LAC).
LAC adalah garis buatan yang menjadi batas de fakto antara dua negara pemilik senjata nuklir itu.
Kini ketegangan tampaknya muncul lagi.
Mengutip CNN, menurut laporan yang belum diverifikasi, pasukan dari kedua belah pihak telah secara singkat ditahan satu sama lain, saat posisi militer malah diperkuat dan upaya pembicaraan meredakan situasi tampaknya menemui jalan buntu.
Tahun 1962, India dan China berperang atas perbatasan yang terisolir dan tidak dihuni di daerah pegunungan tinggi, yang kemudian menyebabkan terbentuknya LAC.
Namun dua negara tidak sepakat pada lokasi tepatnya dan keduanya secara teratur menuduh satu sama lain atas pelanggaran wilayah, atau mencari cara memperluas wilayah mereka.
Sejak saat itu, mereka memiliki serangkaian ketegangan, yang biasanya tidak mematikan, mengenai posisi perbatasan.
Sampai akhirnya pada Juni 2020 terjadilah suatu konflik yang menyebabkan keduanya saling angkat senjata di LAC, ketegangan paling mematikan selama lebih dari 40 tahun.
Setelah pertempuran itu, yang mana setidaknya membunuh 20 tentara India dan 4 tentara China, pemimpin militer yang dihormati dari dua negara telah bertemu untuk memperkecil ketegangan yang masih ada.
Pertemuan ke-13 diadakan hari Minggu lalu, dan pertemuan itu tidak berakhir dengan baik.
Diskusi awal-awal telah membuat beberapa kemajuan untuk menenangkan perbatasan, tapi pernyataan dari Kementerian Pertahanan India Senin menuduh China tidak lagi bekerja sama dengan mereka.
"Pihak India mengemukakan jika situasi sepanjang LAC telah disebabkan oleh upaya China melawan status quo dan melanggar kesepakatan bilateral," tulis pernyataan itu.
"Oleh sebab itu pihak India membuat pendapat konstruktif untuk menyelesaikan permasalahan yang masih ada tapi China tidak bisa disetujui dan juga tidak bisa menyediakan proposal yang melihat ke masa depan."
Beijing, sementara itu, punya pendapat lain.
"China sudah berupaya mempromosikan perdamaian situasi perbatasan dan dengan penuh mendemonstrasikan ketulusan untuk mempertahankan situasi seluruhnya atas hubungan antara dua militer.
"Namun, India masih bersikeras atas permintaan mereka yang tidak beralasan dan tidak realistis, yang membuat negosiasi makin sulit," ujar pernyataan dari Kolonel Long Shaohua, juru bicara untuk Komando Teater Barat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
Retorika itu ditambah dengan artikel panjang di media pemerintah China, Global Times, yang menuduh India "memicu insiden baru sepanjang sisi timur perbatasan."
Setelah laporan awal tahun ini menyebut kemajuan nyata telah dibuat, termasuk foto satelit menunjukkan pasukan China meninggalkan perbatasan, mata dunia menyorot Taiwan.
Namun beberapa minggu ini, baik media China dan India telah menyampaikan cerita-cerita mengenai konfrontasi baru yang belum bisa diverifikasi di LAC.
Semuanya dilaporkan telah diselesaikan dengan damai.
Global Times mengatakan kejadian itu telah memperparah hubungan di perbatasan.
"Pakar China telah memperingatkan risiko konflik baru, mengatakan jika China seharusnya tidak hanya menolak luluh pada permintaan arogan India saat negosiasi, tapi juga siap-siap mempertahankan melawan agresi militer India yang baru."
Hal ini juga diikuti dengan klaim dari pasukan PLA di garis depan Himalaya, menggambarkan "kondisi kerja harian yang tegang" dengan alarm sewaktu-waktu bisa menyala, para komandan memimpin patroli di garis depan dan tentara "menulis kebutuhan dan posisi pertempuran," menurut Global Times.
Laporan juga menyebut upaya China membangun infrastruktur di wilayah itu, mengatakan gerakan ini telah mendorong moral para tentara dan kemampuan mereka bergerak cepat di titik-titik panas LAC.
Sedangkan penyebab mengapa perbatasan India-China mulai panas, media pemerintah China menyalahkan AS.
"India melihat jika Washington membawa kepentingan besar ke New Delhi, dengan Presiden AS Joe Biden telah secara berulang berinteraksi dengan pemerintah India sejak menjabat, dan sering berdiskusi bersama untuk merencanakan menggulingkan China," ujar Lin Minwang, profesor di Institute of International Studies di Universitas Fudan.