Intisari-Online.com - Begitu jatuh ke tangan Taliban, kondisi perekonomian Afghanistan kian memburuk. PBB pun telah memperingatkan bahwa ekonomi Afghanistan berada di ambang kehancuran.
Sebelumnya, perekonomian Afghanistan sendiri sangat bergantungnya terhadap nilai mata uang asing dan bantuan internasional.
Setelah berkuasanya Taliban, bantuan internasional pun telah dihentikan sementara, di mana berdasarkan data Bank Dunia, sumber keuangan tersebut memiliki porsi sebesar 75 persen dari total pengeluaran publik Afghanistan.
Menghadapi kondisi yang demikian, Taliban kemudian meminta agar donor internasional memulai kembali penyaluran bantuan untuk Afghanistan.
Hal itu seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Mutaqqi pada Selasa (14/9), dikutip laman Al Arabiya.
“Afghanistan adalah negara yang dilanda perang dan membutuhkan bantuan masyarakat internasional di berbagai sektor, terutama pendidikan, kesehatan dan pembangunan," kata Mutaqqi.
Bahkan, ia menyinggung sikap AS yang seolah 'tidak tahu terima kasih', “(Kami) membantu AS sampai evakuasi orang terakhir mereka, tetapi sayangnya AS, alih-alih berterima kasih kepada kami, membekukan aset kami,” ujarnya.
Setelah pasrah meminta bantuan dunia, kini Taliban justru bakal gigit jari ketika Uni Eropa menjanjikan paket bantuan untuk Afghanistan, kenapa?