Intisari-Online.com -Taliban mengambil alih Afghanistan pada 15 Agustus lalu setelah Inggris dan AS dan negara-negara lain menarik pasukan mereka.
Mereka mewarisi sebuah negara yang telah berjuang dengan kekeringan dan kemiskinan parah dari konflik sengit selama beberapa dekade.
Sejak Taliban mengambil alih, ekonomi di Afghanistan berada di ambang keruntuhan.
Sementara itu, Taliban dilaporkan akan menuntut Pemerintah Inggris membayar miliaran poundsterling sebagai ganti rugi setelah mereka mengambil alih Afghanistan.
Taliban mungkin membutuhkan uang untuk menopang ekonomi negara yang gagal.
Laporan menunjukkan Taliban percaya Inggris akan menyerah pada tuntutan mereka, melansir Express.co.uk, Senin (11/10/2021).
Kemungkinan langkah itu telah dianggap sebagai "kemarahan" oleh para veteran Inggris yang bertugas di negara itu sejak AS dan sekutunya menginvasi pada 2001.
Berbicara kepada The Daily Mirror, Noor Mohommad Mutawakel dari Kementerian Informasi dan Kebudayaan Taliban mengatakan: "Inggris siap membayar ganti rugi perang kepada kami.
"Kami menyambut itu.
"Negara-negara lain yang terlibat dalam perang juga harus siap membayar."
Namun, sumber Whitehall (administrasi pemerintah Inggris) meragukan bahwa Inggris akan membayar.
Berbicara kepada Daily Mail, sumber itu mengatakan: "Kami belum tahu apa yang akan mereka minta.
"Itu bisa mencapai miliaran pada semua orang yang terlibat.
"Apakah kita membayarnya atau tidak, itu masalah lain."
Kolonel Richard Kemp, mantan komandan batalyon infanteri di Afghanistan, mengatakan: "Ini adalah kemarahan bagi kelompok teroris yang mengambil alih negara untuk menuntut reparasi dari negara-negara yang berperang di Afghanistan untuk mendukung pemerintah yang sah.
"Pemerintah Inggris seharusnya tidak berpikir untuk membayar sepeser pun kepada para pembunuh haus darah ini.
"Ini akan menjadi yang pertama dari banyak tuntutan dari rezim yang mampu membunuh, menyiksa dan menundukkan penduduk.
"Rezim yang membuat negara hancur."