Find Us On Social Media :

Telan Kenyataan Pahit Pelabuhannya Dikuasai China 200 Tahun, Negara Tetangga Ini Syok Setelah Dokumen Rahasia Beberkan Keluarga Presiden Sibuk Menimbun Kekayaan Lewat Perusahaan Cangkang Ini

By May N, Selasa, 5 Oktober 2021 | 15:32 WIB

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa (kiri) dan Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa (kanan), sebuah dokumen rahasia beberkan klan Rajapaksa menimbun kekayaan pribadi sampai ratusan miliar saat negaranya harus menjual pelabuhan ke China karena tak sanggup lunasi utang

Klan ini telah mendominasi politik negara tersebut berpuluh-puluh tahun lamanya.

Dokumen rahasia menunjukkan saat negara yang juga mengalami perang saudara berpuluh-puluh tahun lamanya, pasangan Nadesan-Rajapaksa justru menyiapkan simpanan di luar negeri dengan nama anonim serta menggunakan perusahaan cangkang guna mendapatkan karya seni langka, apartemen mewah dan juga untuk menyimpan uang.

Mereka berhasil menimbun kekayaan, mendapatkan keamanan dan aset lainnya, secara rahasia.

Keduanya bisa menyembunyikan kekayaan mereka dengan yurisdiksi rahasia dengan bantuan penyedia jasa finansial, para pengacara dan para pekerja kerah putih yang hanya bertanya sedikit tentang dari mana mereka mendapatkan kekayaan tersebut.

Baca Juga: Bakal Jadi Simbol Paripurna Kekayaan Orang-orang Terkaya Sejagat, Superyacht Ini Bikin Nuklir yang Menakutkan Menjelma Jadi Calon Penyelamat Bumi, Kok Bisa?

Nadesan sendiri juga telah lama dicurigai oleh otoritas Sri Lanka jika terlibat korupsi besar.

Tahun 2017, grup perusahaan luar negeri keduanya, yang belum dipublikasikan, telah memiliki nilai hampir USD 18 juta, menurut analisis ICIJ dari pernyataan finansial dana Nadesan.

Ironisnya, nilai tengah pendapatan tahunan di Sri Lanka kurang dari USD 4000 (Rp 60 juta) saja.

Data yang didapat ICIJ dari Asiaciti, penasihat lama untuk Nadesan menyebutkan total kekayaan Nadesan di tahun 2011 saja ada lebih dari USD 160 juta.

Baca Juga: Viral China Minta Pulau Kalimantan Sebagai Jaminan Utang, Nyatanya China Memang Sering 'Menjajah' Negara yang Tak Bisa Lunasi Utang, Negara Miskin Ini Sudah Jadi Korbannya