Pantesan Walau Perusahaan China Ini yang Pailit Terlilit Utang, Indonesia Ketar-ketir Sampai Sri Mulyani Pusing Tujuh Keliling, Dampaknya untuk Ekonomi Indonesia Memang Ngeri

May N

Penulis

Menteri Keuangan Sri Mulyani memonitor kondisi ekonomi China yang terdampak oleh utang Evergrande

Intisari-Online.com -Perhatian seluruh pasar saham dunia sedang tertuju sepenuhnya kepada China terutama satu perusahaan besar di China ini.

Rupanya, perusahaan itu sedang terjebak dalam utang luar biasa besar.

Mengutip The Wall Street Journal, Evergrande Group adalah perusahaan pengembang properti yang sedang terancam bangkrut karena melewatkan pembayaran sebagian utang-utangnya.

Jika tidak diselesaikan, ternyata bisa menyeret negara-negara Asia lain, terutama Indonesia!

Baca Juga: Politisinya Sampai Geleng-geleng Keheranan Lihat Penurunan Kasus Covid-19 di Indonesia, Ekonomi Negara Ini Malah Diprediksi Paling Moncer pada 2022, Indonesia Malah Melempem

Apa kaitan perusahaan ini dengan Indonesia?

Mengutip Reuters, pemerintah Indonesia kini juga ikut memonitor situasi pasar finansial di China seperti dikatakan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Kamis kemarin.

Sri Mulyani sangat pusing dan peringatkan jika utang Evergrande dapat berdampak pada ekonomi dunia.

"Kita melihat risiko baru terhadap stabilitas sistem finansial di China," ujarnya kepada awak media dikutip dariReuters.

Baca Juga: China Bertingkah Agresif Seiring Memanasnya Laut China Selatan, Terungkap Susi Pudjiastuti Pernah Terima Surat 'Ancaman Mengerikan' dengan Cap Kedutaan Besar China

"Mereka sedang melalui situasi yang tidak mudah dan bisa menimbulkan dampak riak luar biasa tidak hanya terhadap ekonomi China lokal tapi juga pada dunia," ujar beliau.

Perusahaan apa sebenarnya Evergrande itu?

Mengutip BBC, Evergrande didirikan oleh pebisnis Hui Ka Yan, dulunya perusahaan ini bernama Hengda Group, didirikan tahun 1996 di Guangzhou, China selatan.

Evergrande Real Estate saat ini memiliki lebih dari 1300 proyek lebih dari 280 kota sepanjang China.

Baca Juga: China Makin Ugal-ugalan, Setelah Bikin Takut Nelayan Indonesia untuk Melaut, Kini Hacker China Dikabarkan Bobol Data 10 Kementerian dan Lembaga Negara Termasuk BIN

Holding company Evergrande Group kini berkembang luas tidak hanya dari pengembangan real estate.

Bisnisnya adalah dari berbagai manajemen kekayaan, membuat mobil elektrik dan pabrik makanan serta minuman.

Evergrande bahkan memiliki tim sepakbola terbesar China, Guangzhou FC.

Hui dulunya adalah orang terkaya Asia dan meskipun melihat kekayaannya turun beberapa bulan terakhir, ia tetap memiliki kekayaan pribadi lebih dari USD 10 miliar menurut Forbes.

Baca Juga: 'Kami Hanya Sanggup Beberapa Hari Saja', Kala Bank-bank Afghanistan Pilih Tutup Gara-gara Kehabisan Uang, Ekonomi Negara Terancam Jungkir Balik Jika Taliban Tak Sudi Lakukan Ini

Evergrande meluas secara agresif untuk menjadi perusahaan terbesar China dengan meminjam lebih dari USD 300 miliar.

Tahun lalu, Beijing menerapkan peraturan baru untuk mengontrol jumlah yang bisa dimiliki oleh pengembang real estate.

Aturan ini menuntun Evergrande menawarkan propertinya dalam diskon besar guna memastikan uang datang agar bisnis tetap berjalan.

Kini Evergrande kesulitan mendapatkan uang guna membayar bunga dari utang mereka.

Baca Juga: Pantas Mantan Menteri Keuangan Sampai Menyebutnya 'Aset Busuk', Jaminan Obligor BLBI Benar-benar Mengusik Akal Sehat, Tengok Saja Milik Tutut Soeharto Ini

Ketidakpastian ini telah membuat harga saham Evergrande jatuh sekitar 80% tahun ini.

Obligasinya juga telah turun oleh agensi rating kredit global.

Masalah Evergrande ini serius karena pertama banyak orang membeli properti dari Evergrande bahkan sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.

Mereka telah membayar deposit dan dapat secara potensial kehilangan uang jika proyek tidak berhasil.

Baca Juga: Miris Perusahaan Inggris Ini Ramalkan Asia Tenggara Akan Alami Badai Ekonimi Hebat Selama 50 Tahun, Rp398.305 Ludes Hingga 2070, Apa Penyebabnya?

Ada juga perusahaan yang melakukan bisnis dengan Evergrande.

Firma termasuk kontruksi, rancangan dan pemasok material berisiko rugi besar-besaran dan sampai bisa bangkrut.

Ketiga adalah dampaknya pada sistem finansial negara sebesar China.

"Kejatuhan finansial akan berdampak luas. Evergrande dilaporkan berhutang uang kepada sekitar 171 bank lokal dan 121 firma finansial," ujar Unit Intelijen Ekonomi Mattie Bekink dikutip dari BBC.

Baca Juga: Belum Selesai Saling Adu Otot di Laut China Selatan, China dan AS Kini Rebutan Kekuasaan Memperebutkan 'Ular' Raksasa yang Jadi Penopang Ekonomi Negara Asia Tenggara Ini

Jika Evergrande mengalami default, bank dan peminjam lain terpaksa meminjamkan lebih kecil dari sebelumnya, menyebabkan yang dikenal krisis kredit, ketika perusahaan-perusahaan kesulitan meminjam uang dalam tingkat yang tercapai.

Krisis kredit dapat menjadi berita sangat buruk untuk ekonomi terbesar kedua di dunia karena perusahaan yang tidak bisa meminjam uang akan kesulitan tumbuh dan di beberapa kasus tidak bisa terus beroperasi.

Hal ini akan menyebabkan investor asing menarik diri, karena melihat China sebagai tempat yang kurang menarik untuk menaruh uangnya.

Dampak pada ekonomi Indonesia

Baca Juga: Baru April Lalu Jadi Pusat Sebaran Covid-19, India Sukses Torehkan Pertumbuhan Ekonomi Tercepat yang Bisa Amankan Negara Tersebut, Bisakah Indonesia Menconteknya?

Evergrande berdampak pada ekonomi Indonesia karena sumber ekonomi Indonesia bergantung besar kepada China, dan Evergrande bisa mengguncang China.

Mengutip Kontan, Sri Mulyani mengatakan ekonomi Indonesia terus terakselerasi dan selama ini perbaikan ekonomi tampak menjanjikan dilihat dari sisi konsumsi dan produksi yang menunjukkan pertumbuhan.

Menteri Keuangan tersebut memprediksi perekonomian Indonesia kuartal III-2021 ada di rentang 4%-5% year on year (yoy) dan akan tumbuh lebih tinggi di kuartal IV-2021.

Keseluruhan tahun 2021 ini, Sri Mulyani juga optimis ekonomi tumbuh 3,7%-4,5% yoy.

Baca Juga: Pernah Selamatkan Indonesia dari Kehancuran Ekonomi 1998 Lalu, Benarkah UMKM Sekarang Justru Runtuh? Ternyata Data Ini Beberkan Jawabannya

Namun beberapa lembaga internasional telah merevisi pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksikan ke bawah, contohnya Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) sebelumnya 5,1% yoy menjadi 4,9% yoy.

Semoga dampak riak Evergrande ini tidak meruntuhkan perekonomian Indonesia yang terus menggeliat di tengah krisis yang muncul karena Covid-19.

Artikel Terkait