Belum Selesai Saling Adu Otot di Laut China Selatan, China dan AS Kini Rebutan Kekuasaan Memperebutkan 'Ular' Raksasa yang Jadi Penopang Ekonomi Negara Asia Tenggara Ini

May N

Penulis

Babak Baru Konfrontasi Amerika - China, Sungai Mekong Jadi Arena Baku Hantam Selanjutnya

Intisari-online.com -Ketika China mengumumkan bantuan gelontoran uang USD 6 juta untuk pembangunan di Myanmar, jumlah uang itu menambah kucuran USD 1 triliun dari Beijing untuk megaproyek Belt and Road Initiative (BRI).

Menteri Luar Negeri China mengatakan pendanaan itu akan digunakan untuk proyek vaksin hewan, perkembangan pertanian, ilmu pengetahuan, mitigasi bencana dan juga yang mengejutkan, wisata.

Namun sementara dana semakin mengacaukan konteks finansial dari hubungan kedua negara yang melebar, diperkuat dengan rencana miliaran dolar untuk jalur kereta api, jalan dan pembangunan pelabuhan, uang-uang ini menjadi potensi perubahan permainan bagi negara-negara yang dialiri sungai Mekong, termasuk Myanmar.

Dana ini akan digunakan untuk proyek di bawah kerangka Kerja sama Mekong-Lancang (LMC), program yang dibuat China sebagai tandingan untuk pendanaan Barat, Komisi Sungai Mekong (MRC), melansir Asia Times.

Baca Juga: Pakar Sampai Mencecar, Asia Tenggara dan Indo-Pasifik Lumpuh Akibat Covid-19 dan Australia Malah Ongkang-ongkang Saat Bisa Membantu Indonesia Cepat Pulih dari Covid-19

MRC sudah ada sejak akhir 1950-an dan bekerja langsung untuk pemerintah Kamboja, Laos, Thailand dan Vietnam dengan tujuan bekerja bersama menangani sumber daya sungai yang dipakai bersama dan perkembangan berkelanjutan.

Lancang adalah nama China untuk Sungai Mekong.

LMC dibentuk pada November 2015 dan membawa China, Kamboja, Myanmar, Laos, Thailand dan Vietnam untuk bekerja sama.

Semua negara itu adalah negara-negara yang dialiri sungai sepanjang 5000 kilometer dari Tibet sampai Laut China Selatan.

Baca Juga: Sesumbar Namanya Sangat Sohor Seantero Bumi Lorosae, Negara yang Perlahan Hilang karena Gelombang Pasang Ini akan Seret Timor Leste Jadi Sorotan Negara Muslim karena Masalah Ini

LMC secara eksplisit tidak memasukkan pendonor negara Mekong termasuk Jepang dan AS.

Pada Juli 2016, kurang dari setahun LMC dibentuk, Carl Middleton dan Jeremy Allouche, dua cendekiawan Barat yang menulis untuk jurnal Italia, International Spectator, menyatakan bahwa 'negara-negara yang berbagi Sungai Lancang-Mekong memasuki era baru dari hidropolitik…LMC mengajukan program baik untuk ekonomi dan perkembangan sumber daya air, dan mengantisipasi diplomasi-hidro lewat kelola mesin bendungan China untuk sungai Mekong."

Masalahnya ada di sini: China mengontrol baik aliran air dan dana perkembangan dan hanya ada sangat sedikit yang bisa dilakukan negara Mekong lain selain bekerja sama dengan ambisi dan rancangan China untuk negara-negara tersebut.

Ada setidaknya 11 dam China di hulu sungai sebelum sungai mengalir ke selatan dan membentuk perbatasan antara Laos dan Myanmar, dan lebih banyak lagi sedang dibangun.

Baca Juga: Pantas China Jemawa Menginjak-injak ASEAN, Mau Disiksa Seperti Apapun ASEAN Termasuk Indonesia Sudah Begitu Jatuh Cinta pada China Hanya Karena Sogokan Ini, Kini Sampai Meminta-minta

Sejak China memulai membangun jejeran bendungan pada awal 1990-an, kekhawatiran telah muncul di Laos, Thailand dan Vietnam mengenai bagaimana tingkat air di Mekong naik dan turun ketika China membuka dan menutup bendungannya.

12 Februari tahun ini, tingkat air jatuh ke tingkat yang rendah disebabkan oleh pembatasan dari bendungan China, seperti dilaporkan Reuters.

Akhir Oktober lalu, Beijing sepakat menyediakan data tahunan mengenai bendungan mereka dan aliran airnya tapi yang sudah dirilis adalah data yang tidak lengkap.

Fluktuasi aliran air yang luas disebabkan oleh bendungan hulu China 'berdampak pada migrasi ikan, pertanian dan transportasi yang dijadikan mata pencaharian sehari-hari hampir 70 juta orang,' seperti dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Bendungan China Diduga Jadi Penyebab Air Sungai Mekong Berubah Jadi Biru, Berbahayakah?

Penulis di media yang dikontrol oleh Partai Komunis China telah bereaksi marah terhadap pernyataan bahwa China bertindak tanpa tanggung jawab.

Hu Yuwei, penulis di Global Times, media pemerintah China, menulis pada 10 Mei jika 'ancaman bendungan' China itu berdasarkan 'bukti lemah.'

Ia menampik 'klaim tanpa dasar' oleh orang luar dan menuliskan, 'kekeringan di daerah hilir utamanya disebabkan oleh curah hujan yang berkurang dan kondisi cuaca ekstrim.'

'China," seperti ditulis Hu, adalah 'negara hulu yang bertanggung jawab' terhadap negara-negara hilir.

Baca Juga: Gletser Himalaya Mencair dan Sebabkan Banjir di Pegunungan Tertinggi di Dunia Itu, Kini Asia Asia Terancam Kehilangan Sumber Minumnya, Mengapa?

Yang lain melihat ini adalah upaya China menekan negara hilir Asia Tenggara yang kemudian saat mereka terdesak bisa China manfaatkan untuk mendorong agendanya lebih luas di wilayah tersebut, termasuk proyek BRI yang kontroversial.

Analis keamanan India Brahma Chellaney mengklaim jika Beijing menggunakan aliran Sungai Mekong sebagai 'senjata' memperkuat kekuatan mereka di hilir.

International Rivers, lembaga swadaya Thailand, mengatakan jika permusuhan MRC-LMC telah membuat debat mengenai masa depan Mekong 'lebih terpolitik dan terkubu-kubu.'

Geopolitik wilayah Mekong juga meningkat sebagai panggung lain permusuhan China dan AS.

Baca Juga: Gara-gara Komentar 'Ngawur' Donald Trump Ini, Ethiopia Siap Angkat Senjata Terhadap Mesir dan Sudan Atas Bendungan Sungai Nil

6 Agustus lalu, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengadakan rapat online dengan Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam guna membahas apa yang dilihat analis sebagai perombakan proyek pengembangan di sungai tersebut.

Pertemuan tahunan itu dijadwalkan pada Maret tapi ditunda karena kudeta 1 Februari di Myanmar.

Tahun 2020, 4 tahun setelah China merilis LMC, Washington menciptakan Kemitraan AS-Mekong untuk memperluas kinerja Lower Mekong Initiative (LMI), forum yang dibentuk 2009 untuk menangkal pengaruh China ke daerah hilir sungai dan ke Asia Tenggara.

Sudah lama Mekong jadi panggung perang geopolitik, seperti di era Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet.

Baca Juga: Korut Permainkan Korsel, Tiba-tiba Buka Bendungan Ini Tanpa Beritahu! Rupanya Ada Alasan Jelas Mengapa Korsel Sebal Jika Bendungan di Perbatasan Itu Dibuka

Saat itu MRC kuat, tak seperti sekarang yang jadi semakin lemah dan tidak efektif sama halnya dengan berbagai inisiatif AS.

MRC awalnya dibentuk tahun 1957 oleh PBB, dan menggunakan skema Perjanjian Baru tahun 1930-an yang dibuat oleh Presiden AS Franklin Roosevelt yang membangun bendungan sepanjang Sungai Tennessee dan menyediakan listrik, irigasi dan keuntungan pengelolaan banjir di beberapa negara bagian AS.

Namun menggunakan ide itu di Asia Tenggara di tengah ketidakstabilan Perang Dingin dan perang-perang lain di Indochina menyebabkan hasilnya kurang maksimal.

Kini, lanskap mulai berbeda karena Laos dan Kamboja lebih dekat dengan China, dan Myanmar pasca kudeta juga lebih dekat dengan China.

Baca Juga: Perkara Air Jadi Pemicunya, Mesir Benar-benar Marah Ingin Gempur Ethiopia, 'Kami Akan Menjadi yang Pertama Menyerukan Perang'

AS sudah melakukan beberapa upaya meyakinkan Indochina dan Asia Tenggara untuk memihak mereka dengan baru-baru ini Wakil Presiden AS Kamala Harris mengunjungi Singapura dan Vietnam, berupaya meyakinkan bahwa AS memihak mereka dan seharusnya mereka memihak AS.

Namun China bergerak cepat saat ini dengan tujuan sangat jelas lebih daripada AS yang semata-mata ingin berpengaruh di negara-negara Sungai Mekong.

Artikel Terkait