Find Us On Social Media :

Pakar Sampai Mencecar, Asia Tenggara dan Indo-Pasifik Lumpuh Akibat Covid-19 dan Australia Malah Ongkang-ongkang Saat Bisa Membantu Indonesia Cepat Pulih dari Covid-19

By May N, Minggu, 5 September 2021 | 16:00 WIB

ilustrasi vaksin Covid-19.

Intisari-online.com - Diplomasi vaksin sudah dimulai sejak Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet mengembangkan vaksin virus polio untuk menyembuhkan jutaan warga Uni Soviet.

Kini, vaksin menjadi alat memperkuat pengaruh geopolitik.

Meski begitu, masih tidak jelas apakah diplomasi vaksin Covid-19 bisa mendapatkan akhir yang bahagia.

Saat ini negara miskin hanya menerima 20% dari 4 miliar dosis vaksin yang telah ada di dunia.

Baca Juga: Ketika Indonesia Tetap Ngotot Menggunakannya, 3 Bulan Lalu Malaysia Malah Ogah Gunakan Vaksin Sinovac Lagi, Langsung Hentikan Pemesanannya Gara-gara Hal Ini

Padahal negara-negara miskin menjadi rumah bagi lebih dari separuh populasi dunia.

Permintaan sangat banyak sampai Agustus kemarin WHO meminta moratorium penundaan pemberian suntikan booster di negara kaya sampai setidaknya September ini.

WHO menegaskan perlu memberikan suplai vaksin ke setidaknya 10% populasi dari masing-masing negara.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, "kami tidak bisa membiarkan negara-negara yang sudah menggunakan sebagain besar suplai vaksin global menggunakannya lebih banyak lagi sementara orang-orang paling rentan di dunia tetap tidak terlindungi," seperti dikutip dari The Interpreter.

Baca Juga: Pantesan Kemanjuran Vaksin Sinovac Diragukan, Peneliti China Ini Pernah Keceplosan Bocorkan Kelemahan Vaksin Sinovac, Menyebutnya Baru Manjur Jika Dicampur Vaksin Lain